23. The Last Day of The Art Festival

143 47 1
                                    

Setelah 2 hari sudah anggota kepanitiaan bekerja keras, malam ini adalah puncaknya, puncak acara gebyar seni. Sudah banyak sekali orang-orang berkumpul baik itu siswa SMA Tunas Harapan, atau siswa sekolah lain.

Padat, satu kata yang dapat menggambarkan suasana saat ini, panggung besar yang berdiri ditengah lapangan outdoor itu kini tampak terlihat besar, mungkin karena suasana yang mendukung. Ditambah berbagai stand makanan yang lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. Juga lampu-lampu berwarna-warni yang menambah kesan bersemangat dan cerah.

Seseorang muncul dari pintu mobil berwarna putih, disusul 3 orang lainnya dari kursi kemudi dan kursi penumpang. Dengan pakaian santai mereka akhirnya memasuki area festival.

Satu diantara mereka sejak tadi sudah berbinar sejak melihat stand makanan yang berjejer, dua yang lainnya terpukau dengan dekorasi panggung saat malam hari, satu yang lainnya mengedarkan pandangan berusaha mencari seseorang yang sejak kemarin belum ia lihat.

"Tan, kayaknya enak deh itu takoyaki."

"Aduh, Sur, Kita baru aja selesai makan sate kalau lo lupa." Ucap Titan gemas kepada temannya.

"Please, sekali aja, mumpung gak ada mami jadi gue gak akan dimarahin." Ucap Surya dengan mata membulat, seperti kucing.

"Haduhhh, iya deh, satu porsi aja kita berdua." Ucap Titan pasrah.

Judan yang sedari tadi memperhatikan keduanya hanya mengelengkan kepalanya, lucu melihat mereka berdua seperti anak kecil, terlebih Titan yang ceplas-ceplos selalu tidak berdaya jika bersama dengan Surya.

Sedari tadi Anindira belum melihat seseorang yang ia cari, bahkan ia tidak bisa melihat panitia yang lain juga yang biasanya berkeliaran, iya, memang acara baru akan dimulai setengah jam lagi, tapi kemana perginya panitia lain yang biasanya berhamburan disetiap sudut tempat.

"Dan, sebentar ya." Pamit Anindira kepada Judan yang kini sedang memainkan ponsel disebelahnya.

"Oh, lo mau nyari Jakie, ya? Yaudah sana."

"Apasih lo." Balas Anindira sebelum ia melangkahkan kakinya lebih jauh ke dalam sekolah, sekarang pertanyaannya adalah, kemana ia harus mencari Jakie?

Pucuk dicinta ulam pun tiba, saat sedang memikirkan kemana ia harus mencari Jakie, seseorang dengan kaos panitia sambil membawa kamera berjalan didepannya.

"Sorry sorry, aku boleh minta bantuan, enggak?"

"Eh, iya, ada apa ya?"

"Ini panitia yang lain pada kemana? Kok sepi?"

"Oh, panitia lain lagi rapat, panitia kecil lagi istirahat. Ada apa, ya?"

"Aduh, aku enggak tahu pula dia panitia kecil atau besar."

"Namanya siapa emang? Saya hapal kok semua panitia disini."

"Jakie." Ucap Anindira singkat.

Lawan bicaranya membuka mata lebar, "Hah? Jakie Damien? Kak Jakie?"

Anindira mengangguk.

"Wahhh, ayo kak saya antar ke ruang rapat."

"Gakpapa gitu? aku ganggu enggak, ya? Sebenarnya aku enggak ada keperluan sih."

"Gakpapa, kak, ayo saya antar."

Dan itulah awal mengapa ia bisa berjalan di koridor sekolah yang terang, bersama orang asing yang sebelumnya tidak pernah ia kenal.

"Nah, kak, ini ruang rapatnya. Masih rapat didalam, tapi ditunggu aja, gak akan lama kok." Ucap laki-laki itu sambil mempersilahkan Anindira duduk dikursi beton depan ruang rapat.

HOODIE BOY || JAKE SIM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang