BBP : Part 3

24 6 9
                                    

    

  Assalamualaikum .

****
       Laras langsung berlari sambil memasuki sebuah Rumah Sakit besar bercat serba putih, sendirian. Bang Andri mana mungkin datang, sedangkan Mbak Erni ikut cemas, namun dia tidak bisa menemani Laras karena menjaga ibunya yang sudah tidak bisa apa-apa. Tanpa sadar gadis berkaos hitam lusuh serta celana kulot yang sedikit sobek diujungnya menabraki orang-orang yang ada disektirnya tak peduli. Tanpa aba-aba ketika sang suster mengatakan sang nenek berada dilantai atas,  Laras langsung menaiki sebuah tangga. Meskipun ada banyak lift tersedia tetapi gadis itu tidak paham cara pakainya. Alhasil dia memilih tangga yang pasti sungguh melelahkan untuk sampai dilantai tiga. Sudah sampai, Laras langsung membuka knop pintu diruangan yang bertuliskam Anggrek nomor empat.

" Nenek." Laras menghambur memeluk tubuh sang nenek yang sedang terbaring diatas dipan, lemas.  "Nenek engga papa?. maafin Laras tadi sempat ninggalin nenek jualan. Laras menyesal nek, harusnya tadi Laras ada disamping nenek, bukan di Mbak Erni. " Kata Laras menyesal sembari terisak.

Nenek terbaring menampikkan sebuah wajah yang masih pucat pasi, dan kaki diperban.

"Udah sayang, Alhamdulillah nenek engga papa, cuman luka sedikit aja. Namanya juga musibah engga boleh Laras ngucap gitu, ya. "  Jawab Nenek sambil mengelus pundak Laras.

" Ko bisa ada yang nabrak nenek?. Gimana ceritanya?  " Laras langsung duduk disamping dipan nenek dan membantu nenek memposisikan terbaring lebih tinggi.

"Musibah, Nak." Nenek berkata lembut, sembari menarik seulas senyum tetap tegar.

Merasa ada seorang laki-laki mematung sejak tadi, Laras curiga. " Bapak kan yang nabrak nenek saya ? Liat nenek saya kakinya terluka."

Tanpa hujan tanpa badai, Laras langsung menghujam.

"loh, loh.  Bukan saya Mbak. " jawab pria berkumis tebal itu seketika panik.

"Bapak mau mengelak, mau bilang nenek saya yang salah!. Jangan mentang-mentang Bapak orang kaya, terus nyalahin orang seenaknya. "  Laras berkata tanpa jeda.

Sudah jadi kebiasaan orang kaya biasanya lebih mementingkan diri sendiri dan serberusaha mungkin untuk menutupi kesalahan dirinya.

"Suer bukan saya mbak. Tapi anuk_"

"Tapi apa! mau bilang kan nenek saya yang salah, yang kurang ati-ati." Potong Laras membuat pria berkulit sawo matang itu garuk-garuk kepala makin gelisah.

"iya Laras bukan orang itu, Nak. " Bela Nenek mendapati Laras yang terus menuduh pria itu.

"iyaa mbak bukan saya suer" Pria itu juga terus membela diri.

" Terus siapa yang nabrak nenek saya, mobil Bapak?! "

" Bos saya mbak." katanya lugas, cepat dan tepat.

Laras memutar bola matanya beralih mengintrogasi.

" Bos kamu. Terus mana dia?, kenapa engga datang kesini. Saya minta telpon bos kamu sekarang kalau engga saya bisa laporin loh dia kepolisi. jadi orang ko engga tanggung jawab. " Cibir Laras tak berhenti.

" Laras, tadi dia yang udah bawa nenek kesini, pria yang nabrak nenek tanggung jawab. Kamu juga jangan marah-marah gitu sama orang yang lebih tua engga boleh. "

" Justru itu nek. Kalau dia laki-laki artinya ya, harus punya sikap tanggung jawab yang lebih penuh. Bukan main ngilang gitu aja. Laras engga suka nek." Tukas Laras membuat nenek bergeming. Laras memang wanita yang tegas, untuk menindaki segela sesuatu yang memang baginya salah.

Bidadari Bersayap Patah Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt