OneShoot

407 28 33
                                    

Pria berambut panjang dengan mata lavendernya itu terus memukuli orang yang berada dihadapannya. Mata lavendernya sedikit terlihat memerah, membuktikan bahwa pria itu tengah meluapkan segala emosinya.

"Neji, hentikan!!!"

Pria lain yang baru saja masuk kedalam bangunan tua itu menyentuh pundak pria lavender tersebut. Jika saja pria itu tak datang dengan cepat, satu pukulan dari tangan pria bernama Neji itu pasti sudah kembali mendarat diperut pria malang yang menjadi sasarannya kali ini.

"Sudah cukup. Kau tak perlu sampai membunuhnya."

Neji melepaskan tangannya dari kerah baju pria yang dipukulinya itu. Ia mundur, dan mensejajarkan posisinya dengan pria yang kini berada disampingnya.

"Ini bayaranmu."

Neji meraih amplop coklat yang disodorkan pria itu. Lalu, tanpa berkata apa-apa ia pergi dari tempat tersebut.

***

"Jangan pergi terlalu lama."

"Iya, iya."

Gadis itu memakai helmnya setelah berkata 'iya' pada wanita yang tengah berdiri diteras rumah itu. Ia mulai menyalakan motor maticnya dan bersiap pergi.

"Aku pergi."

"Hati-hati."

Gadis itu hanya mengangguk penuh semangat seraya tersenyum. Lalu tak lama ia sudah menghilang dari halaman rumah.

***

Gadis itu turun dari motornya seraya tersenyum. Ia meraih tas yang digendongnya, lalu membuka tas tersebut. Diraihnya buku bersampul coklat lusuh yang ada didalam tas itu.

"Kita lihat, sekarang apa yang harus aku lakukan." Gumamnya seraya mulai membuka buku yang dipegangnya. "Hmmm, tidak terlalu sulit." Gumamnya lagi. Dan setelah itu ia menutup bukunya dan memasukkan kembali buku tersebut kedalam tas. "Yosh, kita lakukan."

Ia berjalan setelah kembali menggendong tasnya. Wajahnya yang terlihat sedikit pucat tak memberikan kesan buruk, karena senyumnya selalu mengembang dibibirnya. Ia mulai berjalan kearah pantai yang baru saja ia datangi.

***

Seorang pria terlihat duduk dipinggir pantai. Bibirnya sesekali menghisap rokok yang dipegangnya. Mata lavendernya menatap lurus kedepan pantai dan kakinya ia biarkan begitu saja saat ombak dari pantai menerjangnya pelan. Ia tersenyum kecut, ketika mengingat bagaimana kini hidupnya jadi terasa seperti berantakan.

Ingatannya kembali mengingat masa kecilnya ketika kedua orang tuanya masih ada bersamanya. Dulu, ia adalah seorang anak yang hidup bahagia karena masih memiliki keluarga yang utuh. Namun, satu kejadian merubah segalanya.

Saat dirinya berumur 8 tahun, dirinya terpaksa menyaksikan bagaimana ayah dan ibunya harus meregang nyawa dihadapannya dengan cara yang mengerikan. Kedua orang tuanya meninggal setelah beberapa orang dengan paksa masuk kedalam rumah mereka. Orang-orang itu memberantakan rumah mereka, lalu menembaki kedua orang tuanya tepat didepan matanya.

Neji, pria bermata lavender itu membuang seenaknya rokok yang masih bisa dihisap itu kearah pantai. Ia tak peduli bahwa hal tersebut bukanlah hal baik. Seperti itulah dirinya.

Neji berdiri, tak menghiraukan celananya yang kotor. Lalu, ia bersiap pergi dari tempat itu. Namun, niatnya terhenti saat ia mendapati seorang gadis tengah berlari kecil dibibir pantai.

Because You Are a Friend To Share PainWhere stories live. Discover now