3. TENANG YANG SESAAT

2.1K 136 20
                                    

"Karena kamu, sebuah defiisi yang gak akan penah bisa aku definisikan."

*****

Pagi hari dengan ekspresi riang gembira. Padahal baru satu hari Dara tidak berinteraksi dengan Aza, rasa-rasanya hari sejuk kembali datang menyapa.

Seperti pada kegiatan hebohnya kali ini, mengintari meja makan panjang keluarganya bersama tawa riang gembira macam anak tadika mersa, sapaan riang ia lontarkan begitu melihat sang Bunda dan Ayah yang amat di cinta dengan suara cempreng khas miliknya. "Morning Mimi Pipi kuh!" Ucapnya dengan kecupan bergantian.

Reaksi Ayah hanya menahan geli, pasti Dara ada maunya. Seperti itulah Ayah dengan pikiran curiganya.

"Gak ada tambahan uang jajan." Bunda berujar dingin, padahal dalam hati Bunda, Bunda sangat senang karena putrinya kembali ceria seperti biasanya.

"Ayah ada___

Ayah menjeda kalimatnya, menatap mata Bunda yang sudah meruncing tajam setajam silet, membuat Ayah kicep sampai-sampai seakan terkena
struk yang mampu membuat tubuhnya tidak bisa bergerak, alias lumpuh.

"Tenang tenang, aku bukan mau minta tambahan uang jajan, aku cuman nyapa aja, kok di curigai si." Anak itu mengerucutkan bibirnya, mata belonya kini berbinar terharu, baru sadar bahwa ia hidup di keluarga dengan peraturan uang jajan sebulan tidak boleh di tambah.

Ehem, maaf Dara cinta uang soalnya.

"Dek, Kakaknya gak dapet juga nih?" Jake menunjuk-nunjuk pipinya dengan jari telunjuknya. Tentu anak itu meminta giliran. Tanpa pikir panjang Dara berlari kecil menghampiri sang Kakak dan menciumnya dengan perasaan tak kalah senang.

"Ada apasih, kok seneng banget kayaknya hari ini," Ayah melahap rotinya, roti kali ini Bunda buat dengan simpel, kata Bunda pagi ini dirinya telat bangun, makanya menyiapkan sarapan ala kadarnya saja.

Toh Ayah juga tidak peduli, mau ala kadar atau apapun itu, asal buatan sang istri Ayah akan terima dengan lapang dada. Ayah bucin.

Sebenarnya si di rumah ini memeliki art, namanya Bi Umi, namun berhubung Bi Umi sedang mengambil izin untuk tidak masuk beberapa hari karena anak sulung Bi Umi yang kini menggelar pernikahan di kampung halaman membuat Bunda harus mengerjakan semua tugas rumah betulan sendirian. Untungnya Bunda mahkluk tuhan paling sempurna di mata keluarganya, pasalnya Bunda benar-benar menuntaskan tanpa keluhan, namun tetap saja omelan terdengar, kalo itu si ciri khas Bunda, sudah melekat dan tidak mungkin terhilangkan.

"Gak ada tuh, cuman pengen bahagia mendadak aja." Dara mengambil sandwich dengan telur ceplok setengah matang di dalamnya dan juga beberapa irisan daging dan saus tomat kesukaannya.

"Ayah diet?"

Melihat sang ayah yang hanya memakan roti polosan membuat Dara merasa iba dan kasihan, "Ayah mau cobain sandwich Dara sedikit gak?" Sedikit berat untuk berbagi, tapi ya sudahlah tidak apa-apa, ini demi Ayahnya yang terlihat mengenaskan.

DERUWhere stories live. Discover now