8. Secret 2

3.5K 453 15
                                    

Sudah hampir setengah jam mereka duduk di perpus, membuka setiap halaman buku tahunan murid. Namun, tidak menemukan nama Alden di setiap angkatan. Sampai pada buku yang terakhir. Hasilnya juga sama, tak ada murid yang bernama Alden.

"Mungkin aja, dia secara kebetulan lewat, Na," ungkap Arumi, gadis itu melepas kacamatanya sejenak.

"Enggak, Rum. Ini gak masuk akal banget. Waktu itu hujan deras di tengah lapangan dia tiba-tiba muncul bawa payung sama jaket. Dan juga, waktu seragam aku kotor ada yang ngasih seragam baru. Dan anehnya aku tuh papasan sama dia di koridor. Aku rasa dia yang ngasih," jelas Ilona, wajahnya terlihat cukup panik.

Arumi melongo, memakai kembali kacamatanya. Gadis itu memandang Ilona cukup lama.

"Kamu ingat waktu aku pingsan di halte bus, gak?" Arumi mengangguk, kejadian itu baru saja terjadi beberapa hari lalu, "dia ngasih aku tisu, Rum. Karena saat itu aku nangis, dan semuanya kayak mimpi. Saat aku bangun udah ada di uks. Makin ke sini makin gak masuk akal, Rum," keluh Ilona, memijat kepalanya yang tiba-tiba sakit.

Arumi hanya bisa diam dan menyimak cerita Ilona. Mendadak gadis berkacamata itu merasa merinding, seperti ada sesuatu yang baru saja lewat di belakangannya.

"Namanya siapa, tadi?" tanya Arumi kembali.

"Alden," jawab Ilona memalas. Kepalanya sudah tak kuat memikirkan masalah rumit itu.

"Jangan-jangan dia mahluk gaib, Na," ucap Arumi bergidik.

Ilona langsung melemparkan gadis itu buku. "Kenapa melenceng, ini bukan horor," timpal Ilona menggeleng.

"Bentar, kalau dia gak ada di buku tahunan. Berarti dia masih sekolah di sini dong," ujar Arumi.

Ilona yang tadinya mulai letih kini kembali bersemangat. Ia menatap Arumi yakin, dengan begitu keduanya langsung meninggalkan perpustakaan. Memilih untuk memeriksa setiap kelas yang tersebar. Mungkin butuh waktu dan tenaga untuk menemukan Alden. Cowok misterius yang jarang terlihat.

Mulai dari kelas 10 IPS 1-4 hinga 10 IPA, Ilona dan Arumi masih tak menemukan murid yang bernama Alden di sana. Untung saja dua mata pelajaran tidak masuk, hanya menitipkan tugas pada murid.

Ilona dan Arumi kembali memeriksa kelas 11  IPA 1-4, dan juga tak menemukan Alden. Berlangsung ke IPS 1 2 3 dan 4 hasilnya juga sama, Alden tidak ada di urutan absen.

Ilona berhenti di depan pintu kelas IPA 1, takut jika harus melihat Nico dan Elis bermesraan di kelas. Ya, 12 IPA 1 adalah kelas Nico dan Elis.

Arumi paham, ia menepuk pundak Ilona. Mengangguk, membiarkan Ilona tetap di luar sedangkan ia memberanikan diri untuk masuk ke kelas.

"Permisi, Kak. Apa di sini ada yang bernama Alden?" Arumi mengedarkan pandangannya pada setiap murid.

Serentak mereka mengarahkan telunjuk pada siswa yang duduk memakai headset, sembari kedua tangannya memegang buku.

"Bukannya lo temen, Ilona?" Elis menyelidiki setiap inci penampilan Arumi, lalu tertawa pelan.

Alden melepas headsetnya saat salah satu teman menunjukkan kehadiran Arumi. Alden yang sudah tau Arumi adalah sahabat Ilona tidak perlu bingung lagi.

"Lo nyari gue?"

Arumi menggeleng cepat, mungkin ini salah satu cara untuk membalas dendam pada Nico karena telah menyakiti Ilona. "Bukan aku tapi, Ilona yang cari kakak," jawab Arumi menunduk, lalu perlahan mundur dan meninggalkan kelas itu.

Nico terdiam, rahangnya tampak mengeras saat melihat Alden berjalan santai melewatinya. Kedua tangan Nico saling mengepal, membuat urat-uratnya timbul.

"Cieee! Gas, Al!" teriak seisi kelas serentak, kecuali Nico yang sudah merasa kepanasan.

Alden menghentikan langkahnya di ambang pintu, mengarahkan fokus pada dua gadis yang sedang berdiri di koridor. "Nyari gue?"

Ilona langsung berbalik, sudut bibirnya secara tak sengaja membentuk lengkungan manis. Entah kenapa Ilona lega. "Cuma mau mastiin aja, Kak," jawab Ilona gugup.

Arumi menahan napasnya beberapa saat, ada percikan perasaan aneh di dalam diri ketika melihat Alden.

"Kak." Serentak Arumi dan Ilona memanggilnya.

"Eh, kamu aja, Rum," ucap Ilona mempersilahkan.

Arumi langsung menggeleng cepat. "Kamu aja, Na," bisiknya.

Ilona langsung terkekeh saat Alden menatap meraka heran. "Em, itu ... kok Kak Alden baru keliatan sekarang, ya?" tanya Ilona penasaran.

"Udah bel masuk, kapan-kapan kita bisa ngobrol lagi," ujarnya, lalu kembali masuk ke kelas.

Kontan, Ilona dan Arumi mengerutkan dahi. "Aneh banget," lirih mereka serentak.

--->>> to be continued

30 Days with love [Versi Baru]Where stories live. Discover now