•2.4•

61 7 0
                                    

Tingkah Raka semakin menjadi. Dia melarangku untuk berbicara dengan teman lelaki di kelas, bahkan Eiji. Padahal, Eiji adalah teman lelaki terdekatku. Bisa dibilang, lebih akrab dibandingkan dengan Raka. Yang lebih membuat kesal adalah Raka selalu mengajakku ke kantin berduaan dan tidak mengizinkan Aisyah, Gisel, serta Agnes untuk bergabung bersama kami. Dia juga tidak mengizinkanku pergi main bersama mereka. Aneh, 'kan? Bukan aneh lagi sepertinya, tetapi gila.

Awalnya, aku pikir Raka hanya cemburu jika aku mengobrol dengan lelaki lain dan aku tak mempermasalahkannya. Namun, saat mengajak ke kantin dan melarang Aisyah, Gisel, serta Agnes bergabung dan bermain bersama, itu sudah keterlaluan dan gila.

"Ka, mereka temen baikku, bahkan aku lebih deket duluan sama mereka dibanding kamu, tapi kenapa mereka nggak boleh gabung? Kenapa juga aku nggak boleh pergi sama mereka?" tanyaku.

"Lis, peluang temen untuk nusuk dari belakang itu tinggi. Aku nggak mau kamu kena pengaruh buruk dari mereka," jawab Raka.

"Pengaruh buruk apa? Coba jelasin ke aku," sungutku.

"Godain cowok. Kamu tau sendiri, 'kan dulu Agnes selalu cari perhatianku?"

Aku menampar pipi kanan Raka.

Plak!

"Kamu udah keterlaluan, Ka. Kita putus aja," putusku sepihak.

Mulut Raka ternganga. Sebelum aku pergi, dia menarik tanganku.

"Nggak bisa gitu, dong, Lis!" protes Raka.

"Kamu udah keterlaluan, Ka. Agnes, Gisel, Aisyah, Eiji, mereka semua temenku. Kamu pikir aja sendiri, emang ada orang yang tetep baik-baik aja kalo disuruh jauhin temennya sendiri?" ungkapku.

"Aku ngelakuin itu karena aku sayang, Lis," bela Raka.

"Aku tau kamu sayang, tapi nggak gini caranya, Ka," kataku.

"Terus mau kamu gimana, Lis?" tanya Raka.

"Kita putus atau biarin aku main sama temen-temenku," jawabku.

"Aku nggak mau putus sama kamu dan aku izinin kamu main sama mereka, tapi jangan godain cowok lain," cakap Raka.

Aku mengangguk mantap. Mungkin ini adalah keputusan terbaik untuk kami. Tidak hanya mempertahankan hubungan percintaan, tetapi juga mempertahankan hubungan pertemanan.

¤•¤

Setiap latihan lomba, aku selalu mendapat tugas untuk mencari makanan bersama Pak Roy. Sebab, Pak Roy adalah pembina pramuka yang tentunya bertanggung jawab dalam kepramukaan, sedangkan aku ditunjuk langsung oleh Kak Rendi. Aku tak tau mengapa dia memilihku.

"Gimana hubungan kamu sama Raka?" tanya Pak Roy saat kami berada di sebuah tempat makan sambil menunggu pesanan.

"Sempet putus, Pak," jawabku.

"Kenapa?" tanya Pak Roy lagi.

"Maaf, tapi sepertinya bapak nggak perlu tau," tolakku.

"Bahagia?"

Aku mengangguk.

Itu benar. Aku bahagia. Raka adalah orang yang baik dan perhatian, meski terkadang terlalu posesif. Namun, dia juga masih mau untuk mendengarkan penjelasanku saat tak setuju dengan keputusannya.

Seorang karyawan memberikan dua kantong plastik besar yang berisi makanan. Masing-masing plastik berisi 7 kotak nasi beserta minuman.

"Ini pesanannya, Kak," ucap karyawan itu.

Love Different Age •END•Where stories live. Discover now