⚪ S A T U ⚪

12.6K 2.2K 703
                                    

"Jo ... Ijo ... ada-ada aja, sini Papa sulap kamu jadi merah!"

***

Normal POV

Malam ini tenang. Tak ada hawa panas, tak ada mendung pertanda akan hujan, dan yang terdengar hanya suara jangkring. Khusus di rumah keluarga Moracco ada tambahan suara iklan dari televisi.

Semenjak si sulung Ayana menikah lima bulan yang lalu, keadaan rumah mulai tenang. Eh, ralat, mulai sepi. Biasa 'kan yang itu suka ribut sama satu rumah.

Tapi kata si Bapak Arthur sih, "Sekarang juga belum tenang-tenang banget. Si Bontot kadang suka ngajak ribut. Saya sama si Abang diajak gelut terus. Dia normalnya pas lagi sama istri saya aja. Jadi curiga ini si Mama pasang susuk apa gimana."

Haduhh, Ijo ... Ijo ....

"Yang," panggil Arthur pada Kinzy-istrinya- yang sedang sibuk melipat pakaian bekas jemuran selama sinetron yang ia tonton iklan.

"Hm," balas Kinzy. Tetapi atensi wanita itu masih pada kegiatannya.

"Nasi, nasi apa yang bikin seneng?"

Nggak heran sih kalo si Bapak punya anak bentukannya kayak si Ayana sama Keizo. Udah setua ini aja masih suka random begitu tingkahnya.

"Hah? Nasi apaan, Pa? Nasi kucing, ya? Kok aku baru tahu kamu suka ke Jogja?" tanya Kinzy beruntun. Tapi ngapain harus ke Jogja banget? Di Jakarta juga banyak 'kan?

"Hm hm," si Bapak menggelengkan kepalanya dengan senyuman lebar.

Kinzy menegakkan kepalanya untuk memusatkan atensi pada suaminya itu. "Jadi apa dong? Masa nasi uduk? Kemarin 'kan kita barusan sarapan pake itu dibeliin El."

"When nasi your face, Zy."

Kinzy diam. Ibu-ibu kayaknya lagi mikir. Sementara si Bapak masih tersenyum lebar menunggu reaksi si Ibu.

"Dih, apaan sih." Kinzy mengibaskan tangannya sambil tersenyum kecil.

"Ehehehehe," Arthur malah gelinjangan karena liat muka si Mama salting.

"Pa, Ma!"

Tawa Arthur dan senyum Kinzy mendadak surut ketika mendengar panggilan barusan yang ditujukan pada keduanya. Itu adalah suara anak bungsu mereka. Sebenarnya gak ada masalah sih sama panggilan tadi ataupun sama yang manggil. Tapi ini tiba-tiba aja nada bicara si Bungsu jadi serius.

Orang tua berdua masih diam menunggu si anak melanjutkan ucapannya. Oh, iya, Keizo sekarang sudah mendaratkan bokongnya pada single sofa yang terletak di sayap kanan sofa orang tuanya.

"Pa, Ma!"

"Iya, Jo. Ngobrol aja, 'kan tadi nungguin kamu mulai." Si Bapak agaknya kurang ikhlas karena quality time-nya sama si istri kejeda.

"Izo pengen buka toko kelontong."

"...." Kinzy diam.

"...." Arthur diam.

"...." Ini gak tahu siapa yang diam, kayaknya ada penonton tambahan di rumah.

Warung Izo: Wi Kece BangetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang