😾Chapter 3: Comedy Spy🍫

83 17 4
                                    

"Namamu?" tanya Neji normal.

Baiklah, anggap saja perkenalan di ruang kesehatan tadi adalah kurang normal. Bagaimana bisa disebut normal jika mereka lebih terlihat seperti pembunuh dan calon korban?

"Si-Siapa?" Tenten masih terpana dengan perkenalan Neji tadi.

"Namamu," kata Neji.

Tenten gelagapan. "Nama? Namaku? Na-Namaku Tenten Senju. Salam kenal."

Neji hanya tersenyum. "Kalau begitu, kita sama dan senasib. Aku punya kemampuan kutukan ini, begitu juga den——"

"Gomen, jangan membahas kemampuan itu lagi! Anggap saja aku tidak bisa apa-apa! Terima kasih," Tenten langsung berlari menjauh.

Neji hanya mengernyit. Ia tetap diam meski ia bisa mendengar bisikan-bisikan dari makhluk tak kasat mata itu.

Persetan, ia sudah melanggar janjinya kepada paman dan ayahnya. Ia merasa seperti satu-satunya pengkhianat di klan mereka. Padahal, Hyuga sudah membuka lembaran baru selama beberapa dekade.

Namun, ia menghancurkan segalanya.

Jika saja ayahnya tahu, apalagi pamannya, mungkin, hukumannya akan berat.

Hanya demi seorang gadis.

Gadis itu bahkan tidak merespon perkenalan mereka dengan baik.

Sialnya dirinya.

Neji memutuskan untuk kembali ke ruang bersantai tadi.

Baru akan membuka pintu, dari samping, ia mendengar suara Hinata yang berbicara dengan entah siapa. Ia segera mencari sumber suara dan menjauh dari ruangan bersantai.

Semakin menjauh, semakin gelap tempat itu.

"... Hyuga-san, sepertinya kita akan menjadi partner team yang baik," katanya.

Tidak, orang itu tidak tahu Neji di sana. Dirinya berbicara dengan Hinata. Wajah orang itu jelas terlihat dan Neji sadar itu adalah kakak kelasnya, Sasuke Uchiha dan di sebelahnya ada kekasihnya, Haruno Sakura.

Apakah mereka mengintimidasi adiknya?

Partner apa maksudnya?

Neji berpura-pura bertingkah biasa seolah dirinya langsung menghampiri mereka tanpa menguping.

"Oi, sedang apa kalian? Kalian tidak mau makan?" tanya Neji.

Hinata tersentak dan menatap takut kakak sepupunya.

Sasuke? Biasa saja, ia menduga Neji tidak menguping sama sekali.

Sakura? Sama seperti Sasuke.

"Ahahaha ... kami akan menyusul, Hyuga-san," kata Sakura.

Neji hanya mengangguk. Ia pergi sambil memasukkan tangannya ke dalam kocek di celana panjangnya. Hinata mengekorinya meninggalkan sepasang kekasih itu berduaan.

"Neji, apakah kau mendengarnya?" tanya Hinata.

"Apa? Mendengar apa?" Neji berlagak bingung.

"Tentang perbincanganku. I-Itu kami berencana membuat kejutan," kata Hinata berbohong.

Neji yakin itu.

"Benarkah? Untuk siapa?"

"Naruto," kata Hinata.

Baiklah, Neji mulai merasa adiknya benar-benar tidak menyukai Naruto dan hanya menjadikan Naruto alasan untuk berbagai hal meski Naruto selalu menjadi alasan untuk banyak, salah satunya adalah alasan Hinata tertawa.

Serendipity Or Destiny?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang