Perbatasan

194 35 6
                                    

Bukan salahku meninggalkanmu

Bukan salahku menyakitimu

Takdir tak bisa kurubah

Takdir tak bisa kulawan

Takdir tak bisa menyatukan kita

Sesosok Makhluk tengah duduk di sisi gedung tua sambil menerawang bukit –bukit dedepannya. Tatapannya kosong, matanya yang dulu bersinar merah menyala seakan mulai redup, tatapan yang dulu tajam dan terkesan membunuh seakan sudah menghilang dan hanya menyisakan seonggok kesedihan pada paras cantiknya.

Dia memejamkan matanya , lalu mengayunkan kakinya mencoba merasakan udara kosong yang berada disekitarnya. Bibirnya bergerak mengalunkan nada kematian yang biasa dia nyanyikan. Namun, nyanyian itu terhenti saat pikirannya teringat akan1 seseorang.

Matanya perlahan terbuka, rambut hitamnya bergerak gemulai mengikuti tiupan angin yang menghampirinya. Bibir merah nan merekah itu tampak melengkung kebawah tanpa seulas senyuman. Dia meremas dadanya dan menggingit bibirnya dengan taring yang ditakdirkan untuknya. Air mata perlahan jatuh mulus menyusuri pipi putih pucatnya, dia menyekanya dengan Ibu jarinya lalu tersenyum terpaksa.

"Argghhhhh !! " teriakannya menggema pada dunia hitam yang ditempatinya sekarang ini. Merasa sakit, merasa sedih, merasa bersalah saat mengingat sosok manusia yang mencuri hatinya telah meninggalkan dunia fana menuju alam abadinya. Bukan menuju alamnya. Tapi alam lain yang diperuntukkan hanya untuk manusia. Tak bertemu lagi, tak menyapa lagi, dan tak menyentuhnya lagi.

Terpisah.

Mereka terpisah oleh ruang dan waktu yang sudah tak mampu dia jangkau lagi. Dan takdir itu juga yang telah membuat mereka tidak bersatu, dia benci takdir itu.

"Taeyong-" gumamnya dan kembali menitikkan air matanya yang bening terlihat digelapan dunianya. Dia menangis hanya untuk manusia.

"Kau menangis lagi?." Ten menapakkan kakinya tepat disebelah Jisoo, Jisoo tak menanggapi sapaan Ten, ia hanya diam.

"Sudah puluhan tahun berlalu di dunia manusia namun kau masih mengingat manusia itu." Tambah Ten lagi, nada suaranya seakan menyindir keadaan Jisoo.

"Seharusnya dari awal kau-"

"Cukup, aku muak mendengarmu mengoceh seolah kau begitu paham tentang diriku." Jisoo memotong perkataan Ten yang menyebalkan, dia selalu saja mengulang ucapan yang sama lagi dan lagi. Jisoo mengepakkan sayapnya menjauh dari posisi Ten saat ini, kesedihan ini hanya dia yang rasakan.

Kepakan sayap Jisoo bergerak semakin jauh dari Netherworld  hingga tanpa disadari ia kembali berada diperbatasan. Sinar cahaya terang Neverland  begitu jelas dan menyakitkan mata. Sesaat dia termenung dengan pikiran kalutnya.

"Apakah itu kau, gadis bersayap kelam?." Suara lembut menggema diseberang perbatasan.

"Aku terbang kesini tanpa sadar, bagaimana bisa kau mengenaliku?."

"Auramu penuh rasa kesedihan, sama seperti pertama kali aku melihatmu."

Jisoo tidak merespon, dia hanya menatap perbatasan itu. Dia baru ingat kalau dia pernah berada disini, bersama ayahnya.

"Ah- ternyata kau, terima kasih sudah mengingatku."  Jisoo berucap lalu memutar tubuhnya hendak menjauh dari perbatasan. Ya, dia tidak boleh terlalu dekat dengan makhluk yang berbeda lagi.

"Kau akan pergi?."

"Tentu saja, tidak ada alasan kenapa aku harus berlama-lama disini." Suara kepakan sayap itu memudar, Jisoo memilih untuk tidak berhubungan dengan siapapun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Devil's Cry - Taeyong ft Jisoo ☆Where stories live. Discover now