Z-1

9 2 0
                                    

Hujan lebat yang mengguyur ibu kota pagi hari ini membuat aktivitas beberapa orang menjadi terganggu. Lebatnya hujan membuat orang-orang lebih memilih mengurung diri di rumah dengan melilitkan sebuah selimut tebal di tubuh mereka masing-masing.

Namun itu tidak berlaku untuk Kelia, gadis yang memiliki rambut sepunggung itu tetap bersiap-siap untuk kembali mencari pekerjaannya.

Dengan menggunakan sebuah payung biru tua dan jaket coklat tuanya, gadis itu berjalan keluar dari pekarangan kontrakan yang sudah sejak 3 tahun ini menjadi tempatnya berlindung dari kejamnya ibu kota.

Dinginnya udara tak membuat tekat gadis itu berkurang sedikitpun, dengan penuh kesabaran dan kepercayaan bahwa dia akan mendapatkan pekerjaan, gadis itu menerobos tiap rintikan hujan yang jatuh bebas diatas payung yang ia kenakan.

Sesampainya di sebuah halte, Kelia memutuskan untuk berhenti dan menunggu bus yang bisa membawanya ketempat tujuannya.

Halte itu sepi, dan hingga saat ini tidak satupun bus yang datang ketempat itu. Apakah karena hujan?

Kelia menghela nafasnya, dengan tubuh yang lumayan lemas ia duduk di bangku panjang yang ada di halte itu. Ia menengadah dan menatap langit pagi yang karena hujan menjadi lebih gelap dari biasanya. Melirik butiran hujan yang terus berjatuhan seolah-olah mengatakan bahwa mereka masih banyak, dan mereka akan terus turun dalam kurun waktu yang cukup lama.

Sebuah sura mesin mobil membuat perhatian Kelia beralih ke sumber suara itu, tadinya ia berharap besar bahwa suara mesin itu adalah milik sebuah bus yang sedari tadi ia tunggu. Namun ia harus menelan pil pahit karena itu adalah suara sebuah mobil hitam yang tidak ia ketahui merek nya.

Jenuh terus duduk sambil menunggu bus yang tak kunjung tiba, Kelia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ia merasa menunggu akan lebih melelahkan dari pada berjalan kaki sambil menikmati pemandangan kota.

Kelia dapat merasakan bahwa rintikan hujan sudah agak mereda. Dari kejauhan ia bisa melihat sepasang kekasih (sepertinya) sedang adu mulut. Terlihat keduanya sudah basah kuyub.

"Aku bisa jelasin El" suara sang wanita terdengar bergetar. Terlihat sang pria mengangkat tangan kanannya tepat di depan wajah wanita itu, seolah memberi isyarat agar wanita itu tidak melanjutkan perkataannya.

"Wanita licik seperti mu tidak pantas diberi kesempatan untuk berbicara."  Setelah mengatakan hal itu, sang pria langsung naik keatas mobil hitam yang sepertinya adalah mobil yang tadi melintas di depan Kelia.

Pria itu menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi lalu berputar arah di depan sebuah simpang kecil dan berbalik kearah Kelia. Mobil itu melaju dengan cepat sehingga menimbulkan cipratan air yang mengenai tubuh Kelia. Hal itu menimbulkan pakaian yang ia gunakan menjadi agak kotor.

Kelia teringat melihat penampilannya yang sudah tak layak lagi jika harus dipakai untuk mencari pekerjaan.

Kelia menghela nafasnya, lalu berbalik dan memutuskan untuk kembali ke kontrakannya.

*_* *_*

Malam harinya Kelia harus pergi ke toko bangunan untuk membeli beberapa paku dan papan untu memperbaiki pintu belakang kontrakannya yang rusak akibat terlalu sering terkena air sehingga mudah lapuk.

Pintu itu menjadi semakin lunak karena hujan tadi pagi yang terus mengguyur bumi hingga sore tadi. Bahkan matahari tak terlihat bersinar hari ini.

Ditengah perjalanan menuju toko bangunan yang lumayan jauh dari kontrakannya, Kelia malah salah memilih jalan karena ia lupa dimana letak toko itu, apalagi ia jarang melewati jalan menuju toko bangunan itu, akibatnya ia lupa jalanan mana yang harusnya ia lewati.

Sialnya ia malah melewati jalanan yang entah kenapa bisa segelap saat ini,padahal jalanan itu bukan gang sempit yang biasanya minim pencahayaan. Sepertinya lampu jalan di jalanan itu sedang rusak sehingga tidak ada yang menyalakan.

Setelah membeli semua yang ia butuhkan, Kelia lebih memilih mencari jalan lain agar tidak melewati jalanan yang tadi. Sejauh ini jalanan yang ia lalui masih aman dengan pencahayaan yang cukup baik.

Mengingat ini sudah larut, Kelia mempercepat jalannya karena takut akan terjadi apa-apa dengan kontrakannya.

"Hei" Kelia terkejut mendengar teriakan seseorang yang terdengar lumayan menyeramkan. Kelia berbalik dan menemukan seorang pria sedang berjalan kearahnya. Merasa nyawanya dalam bahaya,Kelia berlari dengan sekuat tenaga. Menyebrangi jalanan tanpa memperhatikan kendaraan lain yang melintas.

Chiiiit......
Bruk...

Benturan yang tidak terlalu kuat membuat tubuh Kelia hanya ambruk ke samping. Ia meringis karena merasakan sakit di bagian lengan kirinya.

Pemilik mobil itu tampak keluar dari dalam mobilnya, mendekati Kelia lalu berjongkok tepat di dekat Kelia.

"Ck, orang jaman sekarang sangat pandai bersandiwara" ujar orang itu dengan suara berat khas seorang pria.

Kelia menoleh dan menatap pria itu, "apa maksud mu?" tanya-nya dengan raut wajah tak suka.

"Lo mau uang kan? Makanya Lo pura-pura lewat di depan mobil gue, trus pura-pura ditabrak biar dikasi uang" ujar pria itu tanpa rasa bersalah.

Kelia dapat mencium bau alkohol dari nafas pria itu.

"Maaf tuan, saya bukan orang yang seperti anda pikirkan" ujar Kelia lalu mencoba bangkit sambil menahan rasa sakit di lengannya.

"Wah, benarkah?" Pria itu menatap Kelia dengan tatapan mengejek

"Walaupun saya kurang mampu, saya akan lebih memilih bekerja jujur dari pada melakukan hal licik seperti yang anda pikirkan" ujar Kelia dengan tegas lalu berbalik dan mulai berjalan

"Tidak usah berbohong bitch, akan kuberikan uang yang banyak padamu" ujar pria itu dengan smirk yang menakutkan lalu menyeret paksa Kelia masuk kedalam mobilnya.

Kelia terus memberontak meminta agar ia diturunkan, namun pria itu seolah-olah tuli dan tidak menggubris Kelia yang terus meminta diturunkan.

Tiba-tiba pria itu menekan rem mendadak sehingga membuat mobil yang mereka naiki menjadi berdecit kencang.

Tanpa aba-aba sedikitpun, pria itu langsung menyerang Kelia dengan ciuman yang penuh dengan rasa dendam. Kasar dan semena-mena.

Kelia memukul punggung dan dada pria yang bahkan tidak ia kenali itu dengan sangat kuat agar pria itu mau menghentikan aksi menjijikkannya itu.

"Bukankah ini yang biasanya kau terima terlebih dahulu?" Ujar pria itu dengan nafas yang terengah-engah

Kelia menggeleng kuat, "tidak, tolong lepaskan aku" ujar Kelia dengan air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipinya

Pria itu tampak menghela nafasnya lalu memukul stir dengan kedua tangannya. Kemudian pria itu tampak merogoh sakunya lalu mengeluarkan dompetnya, mengambil beberapa lembar uang berwarna merah lalu melemparkannya kearah Kelia.

"Ambil dan turun" ujarnya dengan penuh peringatan.

"Maaf saya bukan jalang yang mau menerima uang kotor seperti ini" Kelia keluar dari dalam mobil itu dan menutup pintunya dengan sangat kuat.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DON'TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang