CHAPTER 50

452 28 8
                                    

"Jangan dulu terlalu percaya. Terkadang kalimat aku sayang kamu, belum tentu ia lontarkan padamu saja."

•••

Sepasang kaki itu sepertinya tak capek dibawa oleh sang pemilik berkeliling lingkungan sekolah dari jam istirahat pertama tadi. Tak perduli keringat yang terasa bercucuran karena panas yang teramat terik, Anin terus menyusuri lingkungan sekolah untuk menemukan keberadaan Rian.

Jujur saja, sejak kejadian malam itu, Anin belum bertemu lagi dengan Rian. Bahkan Ali dan Doni pun yang notabene nya adalah sahabat Rian, tidak mengetahui keberadaan Rian. Beberapa kali Anin mencoba menghubungi Rian lewat pesan maupun telpon, tapi tak pernah ada sedikitpun respon.

Rasa lelah dihiraukan oleh Anin. Langkah kecilnya terus menyusuri lingkungan sekolah. Di tangannya terdapat sebuah kotak kecil berukuran persegi panjang.

"Kamu dimana sih, Rian? Bisa-bisanya kamu ngehindar kayak gini dari aku," gumam Anin dengan ekspresi yang amat cemas.

Cemas jika terjadi apa-apa pada Rian, dan juga cemas jika Rian akan lari dari tanggung jawab atas kehamilan Anin yang dilakukan olehnya. "Aku gak mau bayi ini kehilangan ayahnya sebelum dia lahir."

"ANIN!!!"

Seketika Anin menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Ia menyipitkan kedua matanya. Terlihat Ali dan Doni berlari menghampirinya dengan wajah tegang.

"Ka-kalian kenapa?" tanya Anin bingung. Pasalnya, kedua cowok di hadapannya ini terlihat sangat aneh. Nafas keduanya ngos-ngosan karena berlari.

"L-lo nyariin Rian, kan?" Ali masih mengatur nafasnya.

Anin mengangguk, mengiyakan pertanyaan Ali. "Kenapa emang? Apa kalian udah sempet ketemu Rian?"

"Di belakang sekolah ... Sama Arthur," ucap Doni to the point.

"Sama Bang Arthur? Ngapain?"

"Mereka berantem!"

"Hah?!"

•••

Arthur tak memperdulikan teriakan orang-orang di sekitarnya yang meminta dirinya untuk menghentikan pukulan bertubi-tubi pada Rian. Baginya, ini sangat setara sebagai hukuman atas perlakuan Rian pada adiknya, Anin.

Wajah Rian penuh dengan luka lebam akibat pukulan dari Arthur. Bahkan, sudut bibir Rian terlihat berdarah. Tak ada yang berani memisahkan mereka. Adrian yang sempat ingin menghentikan mereka, harus terpaksa mundur karena terkena pukulan dari Arthur.

Bughhh ...

Satu pukulan yang sangat keras mengenai perut Rian, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Arthur meluapkan semua emosinya pada Rian.

Arthur tak segan menarik kerah seragam Rian. Tatapan tajam sudah jelas disorotkan oleh Arthur. "Gue minta, lo jauhin adik gue!!!"

Rian tersenyum miring. "Gak bisa, Bro. Dia cewek gue. Lo gak bisa dengan gampang nyuruh gue jauhin Anin."

"Sialan! Bisa-bisanya lo jadiin Anin pacar dengan cara lo renggut mahkotanya?!!!"

SELFISH [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now