CHAPTER 06

632 54 1
                                    


Caca berjalan tertatih hendak menuju perpustakaan. Semenjak kejadian Rian yang memintanya break hubungan, Rian benar-benar menjauhi Caca. Caca tak pernah tahu alasan apa yang membuat Rian menjauhi dirinya. Kerap kali Caca menanyakan hal itu pada Doni dan Ali, namun diantara mereka tidak ada yang memberitahu Caca.

Caca merutuki nasibnya. Mungkinkah Rian bersikap seperti itu karena Rian mengetahui kebohongan yang diciptakan oleh Caca saat Caca pergi makan bersama Adi? Oh, jika memang karena hal itu, ijinkan waktu memberi kesempatan untuk Caca menjelaskan semuanya pada Rian.

"WOY! BERHENTI!" teriak seorang pria menggema di koridor sekolah.

Caca menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya. Koridor sekolah sangat sepi. Hanya ada pria dengan handbande berwarna hitam.

Wajah pria itu terlihat penuh amarah. Di hadapannya ada sosok pria dengan seragam sekolah yang sudah acak-acakan. Sepertinya dua pria itu sudah terlibat perkelahian.

Pria itu mencengkram kerah baju si korban. "Lo apain adek gue, hah?! Kenapa lo bikin adek gue nangis?!"

Pria itu melayangkan beberapa pukulan pada si korban. Si korban hanya pasrah mendapat pukulan bertubi-tubi dari si pria itu. Nampaknya, sang pria belum sadar dengan keberadaan Caca yang menyaksikan kejadian itu semua. Kaki Caca  terpaku. Caca seakan tidak bisa beranjak dari sana. Untuk memisahkan perkelahian itupun rasanya tidak mungkin.

"Ampun, Bang. Ampun. Adek lo yang duluan genit sama cowok. Makanya gue tinggalin dia," jelas si korban.

Rahang pria itu mengeras. Dia semakin mencengkram kuat kerah baju si korban. Pria itu mendongak dan mendapati Caca yang tengah melongo menyaksikan itu semua. Pria itu nampak santai dan melepaskan si korban.

"Tinggalin adek gue! Jangan balik-balik lagi ke dia!" Si korban mengangguk cepat ditaburi rasa takut. "Sana, pergi!" perintah pria itu.

Tanpa basa-basi, si korban berlari meninggalkan lorong sekolah. Begitupun dengan Caca, Caca berbalik dan hendak melanjutkan kembali perjalanannya ke perpustakaan.

Namun, entah sejak kapan pria itu berdiri di hadapan Caca. Caca dibuat terkejut dengan keberadaan si pria itu di hadapannya.

"Mau kemana, hum?" tanya pria itu sambil tersenyum miring.

Caca mengenali pria itu. Seorang Arthur Arga Anggara, ketua geng berandal di sekolah. Arthur kerap kali mendapat julukan A3 oleh murid-murid SMA Taruna Mandiri.

Siapa yang tak kenal Arthur. Siswa yang kerap kali menorehkan catatan di buku pak Tatang. Pak Tatang sudah bosan jika harus berhadapan dengan Arthur, dan masalah yang dibuat oleh Arthur selalu sama, jika bukan telat, pasti laporan keributan yang dibuat oleh Arthur.

"Permisi. Gue mau lewat," ujar Caca sopan.

Caca berusaha bersikap sesopan mungkin. Bukan karena takut, karena Arthur adalah kakak kelas Caca. Arthur teman sekelas Doni di kelas IPS. Namun tidak begitu akrab dengan Doni.

"Mau ke ruangan pak Tatang, ya? Mau laporin gue berantem?"

Caca yang tadinya menunduk, kini menatap Arthur. "Nggak. Gue mau ke perpustakaan, Kak. Permisi!" ujar Caca.

SELFISH [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now