o8. about us

181 43 12
                                    

—sore dihari Sabtu ini jalanan ramai dan cukup tersendat. cukup berbeda dengan hari sebelumnya, biasanya lalu lalang kendaraan bisa dikatakan cukup lancar. ya aku hampir lupa malam ini akan jadi, malam Minggu.

malam dimana pasangan muda mudi menghabiskan waktu malamnya berdua, malam yang dipenuhi banyak pedagang makanan ataupun mainan dipinggir jalan besar, juga malam dimana banyak orang kaya akan makan diluar rumah beserta keluarganya.

berbanding terbalik denganku yang masih pegal, letih hampir seharian ini bekerja dan bergerak membungkus makanan yang dipesan baik perseorangan ataupun acara besar.

setidaknya kondisi dalam bus yang ku tumpangi kali ini cukup sepi dibanding lima hari kerja kemarin. ya aku tidak perlu berdiri untuk memberikan bangku pada lansia, juga Ibu hamil.

ku senderkan tubuhku dengan pandangan menatap ramainya jalan. sebentar lagi waktu berganti malam, aku harap tidak terlambat menemui Tinus ditaman kota.

"sore, Ayah. bagaimana kegiatan hari ini? apa Ayah sudah makan?," -tanyaku lewat sambungan telepon ke Ayah dirumah.

"sore juga Tara, Ayah rasa semua lancar sama seperti hari sebelumnya. tenang saja Ayah sudah makan, bagaimana denganmu? tidak melupakan makan siangmu kan?," -tanggap Ayah dari seberang sana.

"bagus kalau begitu, aku sudah menghabiskan makan siang ku sore tadi. karena, hari ini banyak sekali pesanan makanan yang harus ku kerjakan," -ujarku bercerita sedikit tentang hari ini ke Ayah.

"lain kali jangan sampai terlewat lagi ya, selain pendidikan dan pekerjaan. kesehatanmu juga tak kalah penting. maaf karena Ayah, kamu harus bekerja susah payah demi pendidikanmu. juga, Ayah minta maaf tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik untukmu. maaf ayah selalu menyusahkanmu Ranjani Cantara Zoya, maaf," -tutur ayah dengan suara yang makin pelan diakhirannya.

tak terasa air mataku jatuh dengan sendirinya, hatiku mencelos begitu saja. aku sedang lelah dengan banyaknya aktivitasku hari ini. sudah pasti perasaanku tidak menentu.

mendengar Ayah meminta maaf dan terus merasa bersalah membuatku tak bisa menahan tangisku.

ku redam tangisku dengan telapak tangan kiri, lalu menarik sedikit anak rambut menutupi wajahku supaya tidak ada yang melihat aku menangis begini.

menarik napasku dalam, mengatur suaraku agar tidak terdengar seperti baru saja menangis, aku pun membalas ucapan ayah.

"Ayah, kau sama sekali tidak merepotkanku. yang seharusnya minta maaf aku sebab, belum bisa membalas segala kebainkanmu. aku sendiri tau untuk mewujudkan mimpi besar, maka aku harus bekerja lebih keras. terima kasih banyak untuk waktu, biaya, dan semua rasa kasih untuk mengasuhku sampai sebesar ini. aku sangat menyayangimu Ayah," -tuturku dengan bergetar pada Ayah.

"sama-sama Tara, rasa sayang Ayah padamu melebihi sayang terhadap diri Ayah sendiri. kita hanya berdua saat ini, kita berjuang sama-sama ya Tara? jangan sampai ada yang merasa berat sebelah disini? mengerti?," -timpal Ayah dari seberang sana.

"pesan diterima, aku mengerti!," -kataku dengan semangat.

"kau memang gadis pintar Tara! Ayah tidak tau seberapa lelahnya dirimu dihari ini, esok, ataupun diwaktu lalu. tapi, Ayah percaya padamu. saat kau lelah tolong pilih opsi istirahat bukan memilih jalan untuk menyerah. ah iya malam ini kau izin untuk menemui temanmu bukan? kalau begitu hati-hati dijalan, jangan pulang terlalu larut. Ayah menunggumu dirumah, sampai bertemu nanti," -tutur Ayah membuatku kembali bersemangat.

"baik Ayah! apa kau ingin menitip untuk membeli atau ingin ku bawakan sesuatu pulang nanti?," -tawarku padanya.

"tidak perlu, cukup dirimu pulang ke rumah dengan selamat itu sudah lebih dari cukup. kalau begitu, telepon Ayah tutup ya, sampai nanti," -balas Ayah.

gone days ( hwangshin )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang