Sembilan

162 30 4
                                    

Tiba-tiba saja suasana menjadi ramai dengan orang-orang yang berlarian dari sana-sini menuju satu arah yang sama. tentu saja karena tiba-tiba saja hujan turun dengan deras, ditambah lagi petir yang kemudian menghentikan langkahnya untuk sejenak menjerit karena kaget dan menutup telinga.

Winwin tidak pernah suka dengan yang namanya hujan. Apalagi ditambah dengan petir yang membuatnya ketakutan. Begitu juga dengan situasi kali ini. jangankan untuk menyusul Lucas, membawa tubuhnya bergerak saja tidak bisa. justru winwin meringkuk, berjongkok sambil menutup mata serta telinga, membiarkan orang-orang di sekitarnya berlalu.

Dalam keadaan seperti itu, yang dapat didengarkannya hanyalah hujan turun, gemuruh, petir, langkah kaki dan sepi.

Lucas dan Ten entah telah berada di mana. Mereka mungkin lupa bahwa winwin tertinggal di belakang, dan percaya dalam beberapa menit akan menyusul. tadinya ia berharap begitu, sampai ia sadar bahwa kakinya begitu lemas, bahkan untuk dipakai berdiri.

Setiap kali suara petir itu terdengar, winwin semakin menundukkan kepalanya.

Mungkin kali ini seperti yang sudah-sudah, dirinya akan menghilang tanpa pernah ditemukan.

"Winwin!"

kecuali oleh satu orang,

"Winwin... Winwin..!"

Yang berlari melawan arah, hingga kemudian memegangi kedua bahunya yang gemetaran.

"Akhirnya ketemu juga." Lucas, pemuda itu, lalu merangkul winwin sejenak, seakan tahu bahwa rasa takut tengah mengelilinginya kini.

Sementara winwin hanya terdiam sambil mengulang-ulang kata itu. 'ditemukan', 'dirinya ditemukan'

Lucas menemukannya. rasanya kini ada sedikit kelegaan dalam diri Winwin, hingga ia dapat merangkul balik dan perlahan mendapatkan kekuatan untuk berdiri berkat bantuan Lucas.

"Kita harus cari tempat berteduh." ucap Lucas lagi, lalu melihat sekitarnya dengan cepat.

Lucas mencari akal karena ia tidak bisa membiarkan winwin yang ketakutan terus berada di ruang terbuka seperti ini. "oh, ke sana.."

💙💙💙

Pada dahan pohon yang agak rindang, dengan papan di bagian atas yang membuat semacam atap sederhana, Lucas menggiring winwin ke sana dan berteduh untuk sementara.

"Kamu takut petir?"

Winwin tidak bisa berkata banyak. mungkin antara sosoknya yang asli dengan sosoknya yang berpura-pura, hanya di saat ketakutan seperti ini Mereka tampak serupa. hanya bisa diam sambil menundukkan kepala dengan kedua tangan yang menutup telinga.

Melihat winwin yang seperti itu, jelas saja Lucas tidak tega.

"Terima kasih."

Kepalanya tertunduk, merasa malu. bukan malu karena Lucas yang telah menolongnya, tetapi malu karena ketakutannya diketahui. bahkan di saat seperti itu, Winwin seperti lupa jika tujuan utamanya mengajak lucas adalah supaya bisa mendekatkan diri dan mengambil hati pemuda itu. sayang, di tengah rasa takut yang menyelimuti, Winwin tidak bisa memikirkan hal seperti itu. ia hanya bisa mengerutkan dahi, bersiap Jika suara petir itu kembali.

"Jangan takut." ucap Lucas. Tiba-tiba saja, ia terinspirasi untuk berbagi kehangatan dengan merangkul tangan ke pundak winwin, lalu membawa winwin mendekat padanya.

Disandarkan kepala Winwin pada dadanya, sambil mengelus lengan atas Winwin. "Aku disini."

Lucas tidak bermaksud mengambil kesempatan dalam kesempitan. tapi menurutnya cara ini bisa sedikit meredamkan ketakutan Winwin.

Sementara winwin yang masih tidak bisa berpikir dengan tenang, membiarkan apa saja yang bisa Lucas lakukan untuk menenangkannya. lagi pula dalam posisi itu, ia merasa lebih hangat. dan dengan mendengar detak jantung lucas, rasanya suara hujan dan gemuruh petir bersatu menjadi sekelebat bayang-bayang di sekitarnya. suara detak jantung Lucas yang terdengar begitu kencang menjadi fokusnya saat ini. tidak, Tapi sejak awal sebenarnya lucas telah mengalihkan fokusnya, membuat winwin lupa pada apa yang harusnya ia lakukan.

Mengambil hati pemuda itu.

benar!

Tapi mengapa sekarang, justru hatinya yang terambil?

Dalam selang waktu beberapa saat, keduanya saling terdiam. mungkin memikirkan sesuatu yang seharusnya dilakukan, yang seharusnya diucapkan.

Winwin memejamkan mata sesaat. berpikir mungkin ia sudahi saja seluruh permainan ini. mungkin jika mengakuinya sekarang, berkata bahwa ingatannya sudah kembali karena situasi ini, Lucas pasti akan mengerti. jadi setelah memantapkan keputusannya, Winwin bergeser sejenak, menarik napas panjang, lalu menengadahkan pandangan. "Lucas aku m-"

Namun ucapan itu terhenti karena tiba-tiba saja Lucas mendekatkan wajah, lalu memberinya sebuah ciuman. tepat dibibir. diantara riuh suara hujan dan petir, di antara bunyi detak jantung yang tak lagi berirama tenang.

Winwin hampir memberi perlawanan. Sayang, baik tubuh maupun pikirannya menolak. justru kedua matanya terpejam dengan jari-jari tangannya menyusup pada helaian rambut lucas yang basah. sementara punggungnya mendapatkan dorongan hingga tubuh mereka saling berdekatan untuk berbagi kehangatan dan embusan napas di sela kecupan-kecupan kecil yang begitu lembut.

Mungkin lucas kehilangan kendali, dan mungkin Winwin terlalu takut untuk kehilangan masa-masa ini, ketika dirinya diperlakukan dengan begitu baik oleh seseorang yang sangat hangat.

Hingga sesaat, ketika kecupan itu terhenti, kedua kening mereka saling beradu. Lucas memejamkan kedua matanya dengan erat. "winwin, maaf." katanya pelan. "kalau lihat kamu, aku tidak bisa berhenti."

Ucapan Lucas begitu polos, sampai Winwin tidak sanggup menahan senyumnya yang perlahan melebar. jari-jarinya lalu turun, mengusap wajah pemuda di hadapannya ini.

Lucas pasti belum pernah berciuman sebelumnya. makanya ketika melakukan itu, warna merah menjadi sebagian besar penghias wajah nya. tapi Lucas melakukannya dengan baik, sangat baik, sampai winwin merasa kesulitan bernapas karena detak jantungnya yang berdegup kencang. tidak pernah ada yang menciumnya hingga kehangatan menyebar dengan cepat pada sela-sela hatinya yang dingin. namun Lucas berhasil. Winwin yakin walaupun tidak seperti ini situasinya, Lucas akan selalu berhasil. pemuda itu terlalu hangat untuk selalu memberinya pelukan.

"Buka matamu." giliran Winwin yang berucap.

Seperti sebuah mantra yang memberi dorongan, perlahan Lucas membuka kembali kelopak matanya dan menemukan sesosok Princess di sana. mungkin memang Winwin adalah sosok princess yang ditakdirkan untuknya. walau kenyataannya, Winwin seorang laki-laki.

💙💙💙

Menjelang sore, hujan mereda dan matahari kembali terlihat. dengan pakaian setengah basah setengah kering, akhirnya Lucas memutuskan untuk pulang. Lucas dan Winwin pun menyusul Ten yang sedari tadi menunggu mereka sendirian.

"Sampai di rumah langsung berendam air hangat," ucap Ten tidak berhenti memberi nasehat.

Mendengar nasihat itu, winwin hanya tersenyum. Rencananya untuk mengaku pada Lucas gagal total memang, tapi ia tetap tidak bisa berhenti tersenyum. tidak pernah sebelumnya Winwin merasa senang hanya karena dicium oleh seorang pemuda amatir seperti Lucas.

Fake Princess (End) ~ Luwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang