4. Dich wiederzusehen

922 124 9
                                    

"Udah bangun belum?"

"Udah teteh udah, bawel banget sih!"

"Bodo, yaudah kalau gitu teteh yang tidur lagi"

Junkyu reflek melototin matanya. Pengen ngomelin tetehnya yang suka banget nelfon pagi-pagi begini, terus udahnya malah di tinggal tidur.

Tapi gak jadi. Junkyu ingat Jerman - Bandung waktunya bertolak belakang. Kalau di Bandung pagi, pasti di Jerman udah tengah malam. Gitu juga sebaliknya. Jadi susah banget untuk bisa bertukar kabar dengan tetehnya itu.

Makanya kalau Jiho nelfon pagi-pagi gini, Junkyu jadi terharu. Tetehnya masih sempat ngucapin selamat pagi, sedangkan di seberang sana Jiho sedang melawan ngantuk.

"Eh gak jadi, teteh mau curhat. Mau dengerin gak?"

Junkyu terkekeh sendiri, tangannya meraih handsfree lalu di pasang ke telinganya. Bersiap untuk mendengar apa yang akan Jiho ceritakan. Jarang-jarang Jiho mau curhat gini, jadi bisa Junkyu manfaatin untuk melepas rindu sambil ngedengarin suara tetehnya

"Iya sok, mau cerita apa?"

Di seberang, sepertinya Jiho juga mencari handsfee bluetoothnya, lalu menyamankan posisinya di atas kasur, ingin memulai dongeng penghantar pagi buat si bungsu yang kata Mingyu, akhir-akhirnya kelihatan lemas, jarang keluar kamar, di bawa bercanda juga udah gak asik.

Jadi asumsi Jiho, mungkin adiknya sedang ada masalah. Tapi gak bisa cerita sama Mingyu. Karena lagi, mereka bertiga itu sama. Kalau ada masalah, gak bisa cerita. Malah di tahan sendiri yang berujung buat galau sendiri

Jadi dari pada nunggu Junkyu mau cerita, mending Jiho yang mulai cerita. Seenggaknya bisa mengalihkan sedikit isi kepala Junkyu, yang Jiho yakin sedang rumit-rumitnya

"Jadi gitu... Orangnya asik sih Kyu, nyambung juga sama teteh. Jadi dia deh yang selama ini teteh jadiin pelampiasan kalau lagi mumet-mumetnya sama urusan kampus. Serius, teteh se pusing itu"

Junkyu terkekeh ngedengarin gerutuan Jiho. Menjadi pendengar yang baik cerita Jiho yang katanya lagi dekat sama teman baru, orang Indonesia juga. Makanya nyambung

Junkyu bersyukur, seenggaknya tetehnya bisa ada teman yang se-frekuensi dengan dia di Jerman sana

"Terus gimana? Udah ke mana aja sama dia?"

"PARISS!! Teteh udah ke menara Eiffel dong, iri gak lo"

Seruan Jiho dari seberang buat Junkyu lagi-lagi ketawa sendiri. Di bilangin,m dia rindu sama perempuan tengah di keluarganya itu, jadi mau semenyebalkan apa-pun Jiho sekarang. Junkyu tetap gemes aja dengarnya

"Gak tuh, biasa aja. Gue juga bisa ke sana kali tunggu aja tanggal mainnya!"

Giliran Jiho yang ketawa gemas, mendengar nada keki dari adiknya

"Yaudah, sok sini. Teteh tungguin, kita ke Paris-nya bareng-bareng"

"Iya tunggu ya, tunggu tabungan gue cukup gue langsung berangkat. Tapi btw, lo duit dari mana teh bisa main ke sana? Korupsi uang jajan ya lo? Dih awas gue laporin mamah ya!!"

"Heh, enak aja. Bukan ya. Duit mamah gue masukin celengan. Untuk main ya gue kerja part-time"

Junkyu melebarkan matanya bulat, tersentak kaget, "TEH!! lo kerjaa?"

Bisa Junkyu dengar, di seberang telefon Jiho mengumpat kecil. Di pastikan pasti Jiho habis keceplosan barusan

"Teteh!! Awas ya lo nyumput-nyumputin sesuatu di belakang gue, serius gue bakal marah nih!"

Anak Gang II - Beranjak Dewasa || 97LineWhere stories live. Discover now