"Wonwoo deh kayaknya.." bales Jeonghan perhati'in secara detail.
"Gak sih menurut mama, Han. Lebih ke Gigi kayaknya.." Irene ikutan jawab.
"Gigi?" Jeonghan nanya pake raut gak paham, Seungcheol juga kasih ekspresi yang sama.
"Itu loh, maksud mama, si Seulgi.."
"Ohh.." seru Seungcheol ama Jeonghan kompakan paham.
"Tapi belum tau juga sih, bayi tuh wajahnya masih suka berubah-ubah." timpal Irene.
Obrolan Irene, Seungcheol dan Jeonghan didalam kamar kedengaran samar-samar sampe akhirnya Wonwoo masuk kesana.
"Mana, Ma?!!" serbu Wonwoo.
"Jangan berisik.." peringat Irene agak sebel.
Percaya gak percaya sih..
Wonwoo akhirnya bisa lihat dia..
Ketidaksengajaan yang menghasilkan.
Hampir sembilan bulan lamanya nungguin, akhirnyaㅡ
Mau dibilang anugerah, nyatanya Wonwoo belum sampe merasa pada tahap itu meskipun sekarang secara otomatis dia udah resmi menanggung beban besar buat jadi seorang ayah di usia muda.
Masih tujuh belas tahun..
Sedih, terharu, lega dan segala macam rasa berbaur jadi satu pas liat wajah makhluk gak berdosa di dekapan nyaman Irene.
"Gini nih, posisi yang bisa bikin bayinya nyaman.." ucap Irene sambil kasih tepukan lembut di pantat si kecil.
Jeonghan ama Seungcheol cuma angguk-angguk doang.
Karena emang mereka belum berani pegang. Si bayi udah mirip ama barang pecah belah di mata mereka yang kudu di perlakukan dengan hati-hati.
Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
"Aku boleh coba gendong?" Wonwoo pengen, sekaligus penasaran.
"Gak boleh. Ntar kamu salah gendong, cucu mama kecengklak lehernya!"
Mohon maaf..
Ini sebenernya yang punya bayi siapa?
Wonwoo?
Atau Irene?
Kenapa nenek gaul satu ini malah lebih posesif daripada ayah kandung sang bayi?
"Udah kasih aja!" Yunho entah sejak kapan udah berdiri aja dideket pintu.
"Emang harus belajar banyak mulai sekarang dia buat rawat anaknya sendiri." lanjutnya.
Denger itu Irene manyun.
Masih khawatir dia kalo Wonwoo bakalan bikin si bayi sakit dan gak nyaman.
