Eila, seorang wanita yang bercita-cita hidup bahagia dengan hidup sendiri selamanya dan Alam, seorang laki-laki yang bercita-cita lajang sampai mati daripada harus menikah dan membuat sebuah komitmen.
Kedua orang dengan luka dan trauma, dipertemuk...
Sori agak lama ya hehehe aku kemarin-kemarin nggak sempat megang laptop karena masih situasi lebaranan. Btw minal aidin wal faidzin ya guys, maaf kalau ada salah sama sekalian.
Ini part panjang banget, mengobati kerinduan kalian buat Mbak Eila dan Mas Alam.
Happy reading!
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
BERUNTUNG AMAT YA MBAK EILA, PEMANDANGANNYA TIAP PAGI BEGINI :))
Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
MBAK EILA :))
----
Pesanan nasi goreng telah datang, tapi Eila bukannya makan justru sibuk menge-scroll layar ponselnya dan misuh-misuh sendiri. Alam yang makanannya hampir habis pun akhirnya turun tangan, dia merebut paksa ponsel Eila dan memasukkan ke dalam saku celana-nya. "Ih apa-apaan sih kok malah ambil ponsel aku? Balikin, Lam!"
"Habisin dulu makannya, La. Ngantre tuh yang mau duduk." Alam mengarahkan pandangannya ke deretan pembeli yang sibuk menunggu di depan tenda.
Karena tidak ada pilihan, Eila akhirnya segera memakan nasi gorengnya yang tak lagi panas sembari mencampurkan beberapa sendok cabai ke nasi, Alam mengernyit melihat porsi cabai yang tanpa sadar ditambahkan Eila lantas tersenyum samar. "Sebel banget aku tuh sama orang-orang di Instagram, kenapa sih segitunya ngehujat aku? Emang aku ngerugiin hidup mereka? Kan nggak, ya? Kurang kerjaan!"
Alam menanggapi dengan dehaman pelan.
"Seakan-akan mereka nggak punya dosa jadi berani menghujat orang lain, ya? Padahal semua orang pasti ada dosa, cuma jenis dosanya aja yang beda!" Eila setia mengomel, tidak menyadari kalau tatapan orang-orang sudah terarah kepadanya dengan kening mengernyit serta alis terangkat. "Sok suci banget!"
"Belum lagi banyak yang pamer di sosmed, biar apa gitu ya? Kayak sengaja bikin aku makin merana UHUK-UHUK!" Belum menyelesaikan omelannya, Eila sudah terbatuk-batuk. Alam segera menyodorkan teh hangat dan mengusap punggung gadis itu pelan.
"Makan dulu, La, marah-marahnya disimpen buat nanti."
Eila mendengus dan mau tak mau, menghabiskan makanannya secepat kilat, tapi cepat versi Eila tetap saja membutuhkan waktu setengah jam. Baru setengah porsi, dia sudah angkat tangan, perutnya sudah tidak kuat lagi menampung makanan. Sisa setengah porsi bekas Eila akhirnya berakhir dalam perut Alam. Keduanya pun naik ke motor, menikmati jalanan Jakarta di tengah malam. Bukannya berakhir ke rumah, Alam justru mengajak Eila menghampiri gerai Starbucks yang terlihat ramai. "Kok malah ke sini? Kamu mau ngopi?"