•ITIBT|19

313 44 18
                                    

Makasih buat kalian yang udah komen, aku bener-bener seneng banget baca komen dari kalian, itu sumber semangat aku! Love you all💚

~•HAPPY READING•~
------------

Sesampainya di rumah sakit Doyoung berlari menghampiri Chenle. Wajah Doyoung terlihat marah namun Chenle tampak santai. Taeyeon menghampiri Farah yang tampak sedih karena sebelumnya Farah memang menelpon Taeyeon.

"Jena kenapa, Far?"

"Sakitnya makin parah karena Jena gak rutin minum obatnya. Aku tau dia pasti lelah minum obat terus, tapi..."

"Emang sebenernya Jena sakit apa?"

Farah menghela napasnya, "Dia punya penyakit hati."

"Ya ampun, Jena.." Taeyeon terkejut karena selama ini Jena selalu terlihat sehat di matanya. Doyoung yang mendengar itupun merasa hatinya remuk. Ia benar-benar merasa bersalah karena meninggalkan Jena sendirian dengan kesehatan Jena yang buruk. 

Chenle yang tau Doyoung ingin berbicara berdua dengannya berjalan ke arah rumah sakit yang lebih sepi. "Tadi kata kamu Jena udah pulang, kamu bohong?" Tanya Doyung pada Chenle.

Chenle memutar bola matanya, "Emang udah pulang, pulang ke rumah sakit."

Doyoung hanya menatap Chenle tak habis pikir, Chenle yang ditatap seperti itu membuang napasnya kasar. "Tadi emang udah balik, tapi dengan keadaan pingsan makanya langsung dibawa ke rumah sakit."

"Kenapa kamu gak bilang kalo Jena punya penyakit hati?"

"Karena emang Kak Jena gak bolehin siapapun tau, Kak Jena gak mau dikasihanin sama orang-orang, Kak Jena mau hidup seperti orang-orang biasanya," Chenle menjeda ucapannya.

"Lagipula kalo gue kasih tau lo bakal jagain dia gitu? Jadi kalo misalnya Kak Jena gak sakit lo gak bakal jagain kan? Kayak sekarang ini. Kalo lo gak tau Kak Jena sakit pasti lo udah santai-santai kan sama si Sejeong tanpa mikirin Kakak gue, ya kan?"

"Inget bang, dia itu yang selalu ada buat lo dari dulu, gak pernah bosen sama lo, gue aja mikir kenapa Kak Jena mau aja bertemen sama lo yang gak bisa jalan di samping dia, ngobrol di samping dia, lo selalu di depannya. Gue sempet heran, tapi lama-lama gue jadi tau perasaan tulus itu ternyata begitu, menerima apa adanya dan ga nuntut banyak-banyak. Paling Kak Jena cuma minta perhatian aja sama kasih sayang, tapi apa yang lo kasih? Bertahun-tahun dia nunggu lo yang berobat jauh banget, bertahun-tahun dia jaga perasaannya buat lo yang gak pasti, eh tiba-tiba lo balik udah bawa cewek dan lo kayak jaga jarak sama Kakak gue, begitukah balas budi lo?"

"Sorry gue gak sopan, tapi gue gak akan diem aja kalo Kakak gue di apa-apain, dia terlalu kuat untuk jadi seorang perempuan. Dia udah sakit parah dan lo nambahin lagi, cukup bang. Gue cuma mau liat Kakak gue bahagia, dulu dia selalu bahagia sama lo, tapi sekarang bagaimanapun caranya gue bakal cariin kebahagiaan baru buat Kak Jena."

"Tapi, kebahagiaan Jena itu cuma Jena yang bisa cari dan tentukan, Le."

"Kalo begitu gue bebasin Kak Jena cari kebahagiaannya sendiri, asal itu bukan lo." Chenle berjalan kembali ke tempatnya semula. Meninggalkan Doyoung yang bungkam.

"Chenle tunggu!" Chenle menghentikkan langkahnya.

"Dari kapan," Doyoung menghela napasnya, "Dari kapan Jena punya penyakit ini?"

"Lo gak sadar? Dari kecil dia sering main sama lo, emang dia gak pernah ngeluh perutnya sakit?" Setelah itu Chenle benar-benar pergi meninggalkan Doyoung yang sedang dirangkul dengan segala penyesalannya. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I THINK I'LL BE THERE [END]Where stories live. Discover now