Cerita ini bukan tentang si tokoh utama dengan anak geng motor, bukan juga dengan si ketua OSIS perfeksionis, apalagi dengan anak pemilik sekolah.
Ini hanyalah kisah tentang Zaksa yang mencoba berlari kearah Selin yang kini tengah membelakanginya...
"Iya, Nda. Tadi juga mau pulang sebelum petang, tapi disuruh makan bareng, nggak enak mau nolak," jawab Zaksa terpaksa.
"Jadi kamu dah makan? Padahal Bunda dah masak ini, jarang-jarang lho." Suci berlagak merajuk.
"Nanti Zaksa makan lagi, masih laper, hehe."
Zaksa tertawa kecil, menanggapi perlakuan lucu itu.
"Maaf ya, Nda. Besok-besok inget deh, izin dulu kalau mau pulang sorean," ucap Zaksa menenangkan. Cowok itu kini merengganggkan dasi juga kancing kemajanya.
Tipe-tipeanakbaik yang galakdiluaranemangnggaknguatin, bund. //eh
"Yaudah, sana kamu mandi, bau! Udah dicariin Arkan juga dari tadi habis maghrib."
"Ngapain Arkan kesini, Nda?"
"Ya mana Bunda tau? Gabut mungkin nggak punya temen," jawab Suci asal.
Perempuan paruh baya itu kini kembali mengerjakan perkerjaannya yang sempat tertunda oleh percakapan dengan Zaksa tadi. Memilih mengambil spatula lalu melanjutkan acara memasaknya.
Zaksa juga memilih beranjak, menaiki tangga lalu masuk kekamar bernuansa biru tua miliknya.
"Ngapain lo kesini? Bukannya tadi habis rapat OSIS?"
Zaksa duduk di kursi belajarnya, menatap asal kepada Arkan yang tidur menelungkup di ranjangnya sambil bermain game dari ponselnya.
"Ya emang kenapa? Nggak boleh?" Yang ditanya hanya menjawab malas, perhatiannya masih kepada ponsel di tangannya.
"Ortu lo berantem lagi?"
Telak. Meski Arkan tak mengatakan sepatah katapun, terlihat dari mimik wajahnya yang berubah masam. Ia mematikan ponselnya lalu bergerak membalikkan tubuh menatap langit-langit kamar.
"Capek gue, jangan dibahas," ucap Arkan kemudian.
"Gue juga nggak mau bahas, mau nge-chat Selin aja," timpal Zaksa.