enam.

11.6K 1.3K 206
                                    

Dengan tangan terborgol ke belakang, Hyunsuk tidak bisa melakukan apapun ketika tubuh kecilnya dituntun menyusuri lorong bungker yang sempit, pengap dan sangat panjang. Setiap sepuluh meter sekali terdapat pintu baja yang memiliki portal sandi retina, berguna untuk memperlambat gerakan jika sewaktu-waktu ada penyusup.

Asahi yang berada paling depan selalu mewakili untuk membuka tiap-tiap pintu. Penerangan semakin minim, bola lampu di langit-langit lorong berjarak jauh satu sama lain, pun, ketukan pantofel yang tenang tetapi bersahutan membuat Hyunsuk pening. Wangi parfum maskulin bak batang cendana dari tubuh Jihoon menerpa hidungnya, memabukkan.

Punggung lebar dan bidang Jihoon yang dibaluti suit hitam mengilap berada di depan Hyunsuk, tidak jauh, melangkah angkuh dengan satu tangan berada dalam saku celanaㅡHyunsuk muak sekali, walau dalam hati iri berat dengan proporsi tubuh ideal Boss Park Yang Terhormat itu.

"Ini pintu terakhir." Yedam bersuara, saat Asahi berdiri di depan portal sandi dan laser dari mesin mulai memindai retinanya. "Helikopter yang Anda minta sudah siap di helipad utara, Boss."

Jihoon mengangguk asal, melangkah mendahului Yedam menaiki tangga melingkar menuju ke atas. Hyunsuk yang dikawal ketat oleh Jaehyuk dan Jeongwoo juga menyusul, dahinya berkerut heran karena dia tidak pernah tahu ada lorong panjang di bungker yang terhubung dengan tangga melingkarㅡmembawanya pada ruangan lain yang tampak normal, sebuah apotek kumuh tidak berpenghuni.

Hyunsuk sibuk celingukan, menebak di mana dia berada selama ini. Wajah baru pria-pria berjas hitam bertambah banyak, menyambut Jihoon dengan gerakan cepat lalu menuntunnya dengan sebuah payung hitam menuju Mercedes mengilapㅡyang dikelilingi SUV lain.

Satu hal yang Hyunsuk tangkap, bungker tersebut berada di bawah sebuah pasar mati dan kotor. Banyak selebaran dan sampah bertebaran. Keadaannya berbeda sekali dengan bungker yang hangat, tapi menyiksa.

"Hanya 15 menit sampai ke helipad, tidak lebih." Kata Jihoon mutlak, pada sang supir Mercedes yang membukakan pintu.

"Baik, Boss."

Hyunsuk di bawa ke salah satu mobil SUV, masih harus dikawal agar anak itu tidak melawan. Mobil-mobil milik Michoso mulai keluar dari gang pasar dan membelah jalan rayaㅡterang saja Hyunsuk masih berusaha berontak, membuat supir yang memiliki bekas luka di pipinya menengok penasaran dari cermin dashboard.

"Siapa dia?" tanyanya pada Jeongwoo yang berada di sisi kiri Hyunsuk. "Seperti de javu, jangan bilangㅡ"

"Persephone." Jaehyuk menyahut cepat, membuat supir itu bungkam. "Sekarang dia bukan lagi properti Michoso, tapi properti pribadi Boss Park."

"Aku bukan barang, sialan!" Hyunsuk berteriak lalu mengantukkan kepalanya ke dagu Jaehyuk sampai pria itu mengerang lantaran lidahnya hampir putus tergigit.

Kesempatan itu Hyunsuk pakai untuk menggigit kulit dada Jeongwoo penuh amarah, kemudian kakinya menendang brutal jok supir sampai mobil hilang kendaliㅡjalanan aspal dengan dua jalur tanpa pembatas membuat mereka hampir mati ketika mobil melewati garis, klakson truk angkut barang menggaung di udara. Supir yang kaget, membanting stirnya ke kiri dan menginjak pedal rem kuat-kuat.

Cuaca terik, membuat decitan ban meninggalkan jejak hitam di aspal.

Kepala Jeongwoo sempat membentur jok supir dengan keras, sementara Jaehyuk menahan tubuh Hyunsuk agar tidak tersungkurㅡmeski dia sendiri kesakitan.

"AKH, SIAL!" Jeongwoo memaki, memegangi kepalanya dan menatap Hyunsuk marah. "BISAKAH KAU TIDAK BERULAH?!"

"APA PEDULIKU?!" Hyunsuk balik menjerit di depan wajah Jeongwoo seperti anak kecil kalah merebut permen. "KALIAN SAJA YANG PAYAH, BODOH!"

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang