Jangan lupa vote & komen yang banyak.
***
S
uasana di Leaf Kafe siang ini sangat ramai. Ana sibuk melayani para pembeli yang selalu berdatangan. Walaupun pemilik kafe ini beragama muslim, banyak orang yang datang tanpa memandang status.
Kafe berwarna coklat muda dengan warna putih untuk warna dasarnya dihiasi tanaman artifisial daun rambat palsu yang sangat menambah kesan pada Leaf Kafe di tengah kota.
Sebagai sang pemilik kafe, setiap hari Ana juga selalu melayani para pengunjung dengan bantuan 10 orang karyawannya. Ia juga sering memberi libur seminggu sekali kepada karyawannya.
Waktu berjalan begitu sangat cepat. Perlahan matahari sore pun mulai sedikit tenggelam. Ana dan karyawan lainnya segera beres-beres untuk menutup Leaf Kafe karena hari sudah semakin petang.
Satu persatu karyawannya berpamitan untuk pulang dan tinggallah Ana seorang diri di dalam kafe tersebut. Ia sudah memberi tanda closed yang terpampang pada pintu kaca kafe. Ia tidak segera pulang, tetapi ia masih menghitung jumlah pendapatan hari ini.
Setelah dirasa cukup terpenuhi, Ana memberesi barang-barang bawaannya dan ia masukkan ke dalam tas selempang yang ia bawa. Ia berjalan ke arah saklar dan mematikan semua lampu kafe tersebut.
Setelah mengunci pintu kafe, ia mengambil sepedanya yang terparkir ditempat parkir Leaf Kafe yang terletak di sampingnya. Ana ke kafe setiap hari selalu menggunakan sepeda kalau ia sedang tidak malas. Kalau sedang malas ia memilih diantar Ziyo ataupun naik taksi.
Ana sampai di rumahnya setelah Maghrib. Ia pun segera mandi dan menunaikan shalat Magrib. Setelah selesai shalat Magrib, Ana buru-buru mencari jilbab instan rumahan lalu turun dari kamarnya menuju dapur dimana keluarganya sudah berkumpul disana untuk makan malam.
"Gimana nak, kafe ramai?," Tanya ayahnya setelah ia duduk di kursi.
Ana mengangguk, "Alhamdulillah sih, pa. Rame banget," Ana menerima piring dari ibunya yang sudah diisi nasi serta lauk pauk, "Makasih ma."
"Alhamdulillah kalau gitu," Aisara dan Ziyo pun ikut tersenyum mendengarnya.
"Oh iya, mama tadi nggak ketemu sama Lee Min Ho kan?," Park Hyun-Soo bertanya tiba-tiba kepada istrinya.
Ana dan Ziyo saling pandang, mereka sepertinya tengah menahan tawa.
"Nggak pa, pasti Lee Min Ho lagi sibuk," Aisara menjawab dengan lesu.
"Alhamdulillah,"
"Loh kok Alhamdulillah sih pa?," Aisara memberi tatapan tajam pada suaminya itu.
"Ya Alhamdulillah, untung mama nggak ketemu Lee Min Ho yang jelas-jelas masih gantengan papa," ucap Park Hyun-Soo percaya diri.
"Dih, masih gantengan Ziyo kemana-mana. Masih muda, cakep, dokter lagi, idaman para emak-emak," Sekarang Ziyo lah yang sangat percaya diri.
"Bapak sama anak satu ini bisa diam tidak? Btw tadi mama nggak ketemu sama Lee Min Ho, tapi mama ketemu sama kembaran Kim Soo Hyun. Kayaknya ganteng deh, tapi mama nggak bisa lihat mukanya karena tertutupi masker," Aisara tersenyum mengingat kejadian sore tadi saat di mall.
"Hah? Kembaran Kim Soo Hyun?," Ana yang dari tadi diam lalu ikut nimbrung.
"Iya dek, tadi waktu pulang dari mall mama di anter sama kembaran Kim Soo Hyun dan mamanya karena taksi mama nggak dateng-dateng," Aisara tampak puas saat melihat suaminya tengah menatapnya dengan pandangan tak biasa.
