3

1.3K 137 107
                                    

===========================
Suara di belakang mereka membuatnya terdiam membeku.

"Ops, maaf.."
======================

Devon.

Salah satu staf di rumah Ji So

Vincenzo beringsut mundur, tapi tidak menjauh darinya. Cha Young membuka kedua matanya dan melihat De Von mundur dari dapur.

"Astaga." Cha young mendesah, memandang pada sepasang mata Vincenzo yang tampak geli.

"Kita takkan membicarakan hal ini," ujar Vin di bibirnya

Cha Young masih dapat merasakan Vin, menginginkan lebih. "Tidak?"

Vincenzo menggeleng. "Tidak."
Vin menjauh beberapa jengkal dan Cha Young benar- benar mencondongkan tubuhnya ke depan "Aku akan menyelesaikan pekerjaanku, setelah itu aku akan pulang."

Kekecewaan menghasilkan sebuah desahan frustrasi. "Benarkah?"

"Benar. Karena jika aku kembali ke dalam rumah ini dan melihatmu memandangku seperti ini lagi, maka aku akan menunjukkan padamu betapa berbahayanya aku sebenarnya. Dan aku tidak ingin menakutimu, Sweety"

Cha Young meremas kedua tangannya, yang berhasil mencengkeram pinggang Vin pada suatu saat selama ciuman mereka berlangsung.

Vincenzo tertawa parau. "Aku tidak akan menelepon, tapi itu tidak berarti kalau aku tidak memikirkanmu."

"Kau menciumku gila-gilaan dan kau tidak akan menelepon?"

"Tidak."

"Kenapa?

"Karena--" Vin mencondongkan tubuhnya lebih dekat, menempatkan bibirnya di samping telinga Cha Young. Napas panas pria itu membuat setiap sarat yang dialiri gairah dalam tubuhnya waspada. "Aku tidak akan memberimu kesempatan untuk menyingkirkanku lewat telepon. Dan dengan bertemu secara langsung aku akan mengingatkanmu pada momen ini."

Cha Young memejamkan kedua matanya, merasakan sentuhan lembut lidah Vin pada cuping telinganya, dan mengerang
Kemudian Vincenzo berjalan keluar dari ruangan itu.

>>>>>>>

"Dia belum menelepon?"

"Katanya dia tak akan menelepon." Ye Rim menertawai Cha Young lewat telepon. "Aku tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan ku."

Cha Young sedang istirahat makan siang, menyantap sandwich berukuran besar dan bicara pada sahabat terbaik melalui telepon tentang seorang pria. "Ini alasanku tak mau berkencan dengannya."

"Dia sebuah gangguan yang seksi. Kuakui itu,"

"Aku harus bekerja."

"Memangnya butuh segenap kekuatan otakmu untuk menyimpan berkas dan berperan sebagai pengantar surat? Astaga,  Cha Young, kau bukannya memiliki pekerjaan penting dan penuh tekanan."

"Meski begitu, aku tetap akan menatap keluar jendela sambil memikirkannya. Aku harus meneleponnya dan berkata padanya kalau aku tidak bisa melakukan ini."

"Oh, hentikan. Kalau kau meneleponnya, dia akan muncul begitu saja di kantormu dan membuatmu mendesis."

Kenapa juga ia harus memberi tahu Ye Rim setiap detail tentang ciuman mereka? Seharusnya dia tahu semua itu akan berbalik padanya.

"Ini gila."

"Bukannya kakakmu akan pulang pada hari Jumat untuk acara pengumpulan dana itu?"

Love In Malta (End) Where stories live. Discover now