-XIII-

883 148 166
                                    

"Baik, terima kasih Tuan Baek atas pelunasannya. Sebentar lagi istri Anda akan kami pindahkan ke ruangannya."

Waktu menunjukkan pukul 14.00 KST ketika Chanyeol baru saja menyelesaikan urusan adminsistrasi rawat inap Wendy. Sebagaimana yang telah disarankan dokter di IGD agar Wendy untuk sementara waktu hingga kondisinya kembali pulih. Tentu Chanyeol menurut, Ia tak mau membahayakan kondisi sahabat dan calon anak mereka bukan? Untungnya tak perlu menunggu lama, Wendy segera dipindahkan ke bangsal VIP rumah sakit.

Selagi Wendy masih belum sadarkan diri, Chanyeol memutuskan untuk membawa tungkainya menuju taman yang berada di rumah sakit. Kebetulan Ia berjanji untuk mengambil barang dari Doyoung di taman. Situasi seperti ini tidak memungkinkan Chanyeol untuk kembali ke kantor sehingga Ia meminta Doyoung untuk membawakan tas kerja serta laptopnya. Selain itu Ia juga sudah menghubungi Manager Kim mengenai kondisi Wendy. Bukan mengenai kehamilannya, namun kondisi Wendy yang harus rawat inap. Chanyeol pun telah menghubungi Jennie untuk membereskan barang-barang Wendy dan menitipkannya pada Doyoung.

Suasana taman terlihat tidak terlalu ramai saat. Hanya sedikit pasien yang berkeliaran, mungkin karena saat ini masih waktu tidur siang. Di sekitar hanya terlihat berapa tenaga medis, mungkin mereka sedang mencuri waktu rehat sejenak dari aktivitas yang padat. Ia menyandarkan dirinya pada kursi taman. Kedua sikunya bertumpu pada kedua kakinya. Jemarinya terjalin sempurna. Kepala yang biasanya selalu tegak kokoh kini hanya bisa tertunduk.

Ia takut. Ia takut bagaimana Wendy akan menerima berita ini. Ia takut hal ini akan mempengaruhi persahabatan mereka di kemudian hari. Ia takut akan reaksi keluarga Wendy terhadap berita ini. Bukan karena Chanyeol akan lari dari tanggung jawab. Namun Ia takut keluarga Wendy yang tidak akan menerimanya.

Dering telpon genggam milik Wendy menyadarkan Chanyeol dari lamunannya. Segera Ia meraih telpon genggam Wendy hanya untuk melihat nama 'Aiden Oppa' tertera pada layar. Menghela nafasnya dalam, Chanyeol kemudian mengangkat panggilan tersebut

"H-ha-halo?" sapa Chanyeol dengan terbata.

"Halo? Dengan siapa saya berbicara? Di mana Wendy?"

"T-tuan Song, saya Baek Chanyeol teman dari Wendy. W-Wendy saat ini sedang berada di rumah sakit, Tuan."

"APA?! RUMAH SAKIT?! RUMAH SAKIT MANA?!" Suara panik kakak Wendy terdengar oleh Chanyeol. Ia menelan ludahnya dengan gugup. Baek Chanyeol, bersiaplah.

"Sayang, tenanglah sedikit! Kau sedang menyetir!" Sayup Chanyeol dengar suara seorang wanita menegur pria yang sedang berbicara dengannya.

"Wendy, Sayang! Bagaimana bisa aku tidak khawatir?! Tuan Baek, di mana posisi kalian sekarang?"

"Saya membawa Wendy ke Rumah Sakit SNU, Tuan. Saat ini Wendy sudah dipindahkan ke ruang rawat." Chanyeol sengaja tidak mau menjelaskan lebih detil kepada Aiden. Ia pikir, Ia harus membicarakan ini secara langsung dan menghadapi konsekuensinya secara jantan.

"Baiklah! Aku dan istriku masih dalam perjalanan dari Busan. Kuharap kami bisa sampai sebelum petang. Untuk sementara aku percayakan adikku padamu, Tuan Baek! Terima kasih telah menjaga Wendy."

Sambungan telpon diputuskan secara sepihak oleh Aiden. Chanyeol menghembuskan nafas lega. Setidaknya keluarga sudah tau, sebagian. Hanya tersisa beberapa jam bagi Chanyeol untuk mempersiapkan dirinya menghadapi kakak dari sahabatnya tersebut.

================================================================

Sedangkan di ruas jalan tol dari Busan menuju Seoul, Aiden tengah memacu Porsche 911 Turbo S Cabriolet 2020 dengan kecepatan penuh. Tentu kabar sang Adik yang dirawat di rumah sakit bagaikan sambaran petir baginya.

Love HappensDonde viven las historias. Descúbrelo ahora