Scenario #11

202 33 15
                                    

Sudah beberapa hari berlalu dengan begitu tenang karena Hyungseob sama sekali tidak muncul dihadapan Woojin dan menghilang begitu saja tanpa kabar. Beberapa kali Woojin menanyakan kabar Hyungseob pada sang ibu, bukan karena merindukan pemuda manis itu hanya saja sedikit aneh dan mungkin saja diam-diam Hyungseob selalu bertemu dengan ibunya untuk meluluhkan hati nyonya Park. Namun sang ibu mengatakan bahwa ia belum pernah bertemu Hyungseob lagi.

Jelas ini sangat aneh, bukannya merasa lega tapi Woojin malah merasa was-was. Takut jika Hyungseob tengah merencakan sesuatu yang aneh. Tapi apa mungkin Hyungseob tidak mengganggunya lagi karena sudah benar-benar melepaskan Woojin? Entahlah, semua ini membuat Woojin bingung.

"Lima hari lagi Jinyoung balik, tapi belum ada kabar baik dari dia." Jihoon membuka percakapan diantara mereka berdua sembari jari telunjuk nya men-scrool grup chat yang menunjukan percakapan mereka bertiga selama dua Minggu ini.

Woojin yang tadi hilang fokus karena memikirkan Hyungseob pun menghela nafas pendek kemudian menenggak cola nya yang tersisa setengah.

Sore ini mereka hanya duduk-duduk di minimarket dekat kampus sembari memakan ramyeon cup dan beberapa makanan ringan. Melepas penat setelah seharian di jejal materi-materi berat di kampus.

Beberapa menit yang lalu Jihoon habis menanyakan kabar Jinyoung yang masih berada di Jerman. Juga apakah Jinyoung sudah berhasil menggagalkan pemberkasan itu atau belum. Tapi Jinyoung hanya membalas "gak ada perubahan" dan hal itu membuat mood Jihoon langsung turun drastis.

"Kalo Jinyoung bener-bener harus ke Jerman gimana ya?" Jihoon melepaskan atensinya dari ponsel miliknya kemudian menatap Woojin sembari mengaduk sisa kuah ramyeon dalam cup.

"Gak ada yang bisa kita lakuin juga sih." Sahut Woojin. Jihoon mendengus putus asa.

"Oh ya, si Hyungseob itu udah gak gangguin lo lagi? Gue ga pernah liat dia sekarang." Akhirnya Jihoon mengangkat topik yang membuat pikiran Woojin berkecamuk seharian ini.

"Gak ada, gak pernah ngechat juga. Udah move on kali."

"Menurut gue sih aneh."

"Maksudnya? Kalo menurut gue malah bagus, ini kan tujuan kita."

"No! No Woojin, ini aneh. Hyungseob gak mungkin nyerah gitu aja. Pun kalo dia beneran mau nyerah pasti bakalan ada drama dimana dia ngomong hal-hal yang lembek ke lo kayak 'aku bakalan lepasin kamu, semoga kamu bahagia sama pilihan kamu' hueeekk." Ujar Jihoon diiringi gestur muntah setelah memperagakan kalimat terakhir.

Woojin terkekeh pelan."Ada benernya juga sih. Tapi kalo dia beneran udah move on dari gue berarti kita harus putus dong."

"Ya iyalah!! Kenapa emang? Lo gak mau putus dari gue yaa? Ciee, naksir lo sama Park Jihoon?" Jihoon mengibas rambutnya dengan percaya diri.

"Dih kayak gak ada manusia lain aja dimuka bumi ini." Woojin memutar bola matanya malas.

"Heehh awas ya kalo nanti lo beneran naksir sama gue. Gak tau kan lo pesona nya Park Jihoon itu mantep banget. Guanlin aja cinta mati sama gue."

"Percuma cinta mati kalo matinya nanti disamping orang lain."

"YAK! PARK SIALAN!"

Jihoon melempar buku paket nya yang berada diatas meja tepat mengenai kepala Woojin. Pria gingsul itu mengaduh sebentar kemudian terbahak melihat wajah Jihoon yang memerah karena menahan kesal.

"Hati-hati sama mulutnya, nanti kalo lo yang naksir sama gue tau rasa deh." Balas Woojin.

"Dih! Nggak bakal--"

Tubuh Jihoon mematung seketika saat Woojin mendekatkan wajahnya dengan tiba-tiba. Kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja dan Jihoon bisa dengan jelas merasakan hawa panas yang dihasilkan oleh hidung Woojin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 26, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LOVE SCENARIO Where stories live. Discover now