chapter 29

40.1K 2.4K 173
                                    

Prilly mengerutkan keningnya. Semakin tak memahami apa yang di maksud oleh ali.

“maksudnya?” prilly kembali bertanya apa yang dimaksud oleh ucapan ali. perlahan air mata yang membendung di matanya, mulai menghilang karena rasa penasarannya.

Ali melemparkan pandangannya ke arah jendela yang sebenarnya masih tertutup, “gue.. bingung” ucap ali dengan pelan. Dengan suara yang hanya dia dan prilly saja yang mendengarnya.

Prilly terdiam. Sengaja tak berkomentar apa-apa, walau sebenarnya dalam hatinya mulai muncul pertanyaan-pertanyaan apa yang sebenarnya arti dari ucapan ali.

“kalau gue nggak bisa jalan nanti gimana..” ucapan ali terpotong. Helaan napas terdengar dari hidungnya. Prilly mulai sedikit curiga. Perlahan rasa bersalah kembali muncul di hatinya. Dia takut. Takut ali akan mengatakan kalau dia tak bisa jalan berarti dia tak bisa bermain bola lagi.

“gimana gue nemenin langkah lo setiap ketemu lo di sekolah atau lagi jalan bareng lo kalau kaki gue ga bisa dibuat melangkah?” ali melanjutkan ucapannya saat prilly bermain dengan firasat-firasat buruk yang sudah menari-nari di benaknya.

Mulut prilly terbuka. Seolah ingin mengatakan sesuatu. namun tak ada sedikitpun kata-kata yang tersirat di otaknya. Kalimat ali barusan benar-benar bertolak belakang dengan yang ada di pikirannya. Ali sama sekali tak menyalahinya. Yang ada, ali malah merasa bersalah dengan keadaan kakinya. Sikap ali seperti ini, membuat rasa bahagia dan rasa sedih bercampur aduk di hati prilly.

“a..apa?” ucap prilly tak percaya. Rasanya dia takut telinga nya salah mendengar.

Ali kembali menatap prilly dengan wajah sedikit memerah,tampaknya saat dia mengatakan itu, dia menahan rasa malunya juga.

“yaa yang tadi gue bilang” ucap ali, malu untuk mengulang kembali ucapannya tadi.

Prilly menggaruk kepalanya, bingung harus berkata apa.

‘braaakk’

Tiba-tiba pintu terbuka lebar dan terdengar seperti dipaksa.

Seketika ule dan cassie muncul di ambang pintu, menatap prilly dengan sengit. Namun masih tak menyadari kalau ali sudah tersadar.

“eh, mending lo balik deh, ali mau istirahat” ucap ule dengan lantang dan berjalan menghampiri prilly yang melongo melihat kedatangan ule dan cassie. Cassie yang di belakang ule, mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan ule.

“istirahat? Siapa yang bilang gue mau istirahat?”

Langkah ule dan cassie seketika berhenti saat mendengar suara ali menyambar kemarahannya.

“a..ali?” ucap ule dan cassie bersamaan, baru sadar kalau ali sudah terbangun dari komanya.

“waw.. kekuatan cinta emang luar biasa” seru kaia dari balik pintu, dan bertepuk tangan, tak menyangka kalau adanya kehadiran prilly membuat ali terbangun dari komanya.

Ule dan cassie yang niatnya ingin memarahi prilly, langsung bungkam tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ali-tersadar-saat-prilly menemui-nya!

Prilly tersenyum ke arah cassie, ule, kaia dan michelle yang ikut muncul di belakang kaia.

“pada ngapain sih?” tanya ali, sedikit bete karena mereka muncul tiba-tiba.

“nng.. prillynya boleh dibawa balik ga?” lagi-lagi gritte memecahkan keheningan yang sempat terjadi di tengah mereka.

“oh.. boleh banget” seru ule dengan semangat saat menyadari kehadiran gritte.

Ali yang melihat sikap antusias ule, langsung menggenggam tangan prilly yang diletakkan dikasurnya.

“jangan pergi pril” pinta ali sedikit memelas. Mimik wajahnya menggambarkan kalau dia sangat membutuhkan prilly.

Prilly tersenyum kaku, bingung harus bagaimana.

“pril, udah waktunya lo minum obat. Nanti, lo bisa kesini lagi” ucap gritte, mengingatkan prilly.

“nanti gue kesini lagi kok li, mending sekarang lo istirahat” ucap prilly dengan lembut.

Ali menggembungkan pipinya, masih tak rela kalau prilly pergi kembali ke kamarnya. Tapi dia juga tak mungkin memaksa prilly untuk berada disini, karena prilly pun butuh istirahat.

“istirahat ya, biar cepet sembuh” bisik prilly. Tiba-tiba prilly bangkit dari kursi rodanya dan mendekati wajahnya dengan wajah ali.

Tak sampai 5 detik, prilly mendaratkan bibirnya di kening ali.

“gue sayang sama lo” bisik prilly dengan wajah bersemu merah.

Ali yang sempat kaget, hanya menatap prilly dengan tegang, seolah hampir kembali tak sadarkan diri.

Ule dan cassie yang melihat prilly mencium kening ali, ikut melongo kaget.

“cinta itu punya rumahnya sendiri. Dipaksa nyaman dirumah lain ga akan bisa, karena dia akan memiliki kenyamanan tersendiri di rumahnya” ucap michelle, tersenyum melihat bagaimana ali dan prilly saat ini.

Prilly tersipu malu, menatap ali yang masih bungkam.

“gue, duluan li” ucap prilly, dan kembali duduk di kursi rodanya.

“pergi dulu li” pamit gritte, sedikit mulai menyukai ali, karena ali dan prilly benar benar memiliki cinta yang kuat, namun mereka berdua belum ada yang menyadarinya.

***

 “lo yakin udah beneran sehat?”

Dari tadi gritte tak henti bertanya seperti itu di sepanjang jalan saat prilly ingin menemui ali kembali.

“iya te, ya ampun. Tenang aja. Gue beneran baik baik aja kok” seru prilly berusaha meyakinkan gritte lagi.

“yaudah ya, gue tinggal pulang duluan gapapa kan?” tanya gritte masih ragu. Bukan ragu karena kesehatan prilly, tapi dia ragu prilly akan baik baik saja saat masuk menemui ali. bayangin saja bagaimana galaknya cassie terhadap prilly.

“iya gapapa. Tuh kamar ali udah keliatan ko” jawab prilly dengan ringan. Binar matanya kembali bersinar layaknya prilly yang selalu mencintai apa adanya ali, walau ali selalu kaku dan seolah tak mencintai prilly.

 “yaudah gue duluan ya” pamit gritte akhirnya. Mau gimanapun, dia tak akan mungkin menghalangi prilly untuk bertemu dengan ali. gritte tau bagaimana besarnya rasa prilly terhadap ali.

Prilly tersenyum, dan mengangguk pelan, “hati hati te” ucap prilly, melambai saat gritte berjalan meninggalkannya. Prilly masih tetap menunggui gritte hilang dari tatapannya. Saat gritte sudah berbelok di lorong menuju parkiran, prilly menghela dan kembali melanjutkan langkahnya mendekati kamar ali.

Prilly sempat terdiam menatap gagang pintu kamar ali. entah kenapa perasaannya seketika campur aduk. Takut cassie kembali mengusirnya.

“hufth.. gue harus berani” seru prilly, mengelus dadanya berdoa semuanya pasti akan baik baik saja.

Perlahan prilly membuka pintu kamar rawat ali dan mendorongnya pelan. Suara tv terdengar dari dalamnya, prilly melongokkan kepalanya, kamar ali tampak sepi. Seperti tak ada siapapun di dalamnya.

Perlahan prilly masuk dan mendekati ranjang ali.

“ali?” panggil prilly pelan, takut kalau ternyata ali sedang tertidur.

“eh pril?” ali kaget saat melihat prilly menyembulkan kepalanya di balik tiang infusannya.

“wah gips di leher lo udah boleh dibuka?” tanya prilly sumringah saat melihat leher ali tak lagi tertutupi oleh gips.

Ali yang memang senang dengan lehernya tanpa gips lagi, mengangguk pelan. Senyum hangat tersampir di bibirnya, membuat matanya sedikit menyipit dan membuat alis serta kantung matanya bertautan.

‘ali.. manis banget’ gumam prilly sedikit membeku saat melihat ali tersenyum hangat seperti itu padanya.

girlfriend vs footballTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang