chapter 9

33.1K 2K 3
                                    

“ya ampun pril.... lo belum siap sama sekali?!!!” teriak gritte histeris campur kaget saat melihat prilly yang masih mematung di depan lemarinya, entah apa yang sedang dipikirkannya sehingga membuat dia tampak lesu di depan lemarinya.

Prilly memandang gritte yang berdiri di ambang pintu kamarnya dengan lesu. Hampir satu jam lebih dia berkutat di depan lemarinya hanya untuk mencari baju yang cocok dipakainya untuk hari ini. Namun, segalanya nihil. Dia sama sekali tak menemukan baju yang pantas untuk dipakainya. Semua baju seolah membuatnya merasa minder kalau mengingat dia akan pergi bersama ali. gritte langsung menghampiri prilly dan ikut berkutat di depan lemari prilly, ingin tahu apa yang sedang dilihat oleh prilly.

“jangan bilang lo bingung mau pake baju apa” tebak gritte dengan curiga dan menatap prilly dengan tatapan menyelidik.

Prilly memiringkan kepalanya dan menyengir kaku, karena tebakan gritte sangat tepat.

“ya ampun pril, lo kaya baru pertama kali mau jalan deh” celetuk gritte dan langsung bergerak mendekati lemari prilly, mengubek seluruh baju yang ada di dalamnya.

“emang baru pertama kali kan” ketus prilly, bersender di pintu lemari, memperhatikan gritte yang sedang berusaha membantunya.

“ya tapi kan lo sering jalan ke mall pril” jawab gritte, masih tak henti mencocokkan atasan dengan bawahan untuk dipakai oleh prilly.

“tapi kan beda te” ucap prilly lesu. Tiba-tiba timbul rasa ingin membatalkan pergi bersama gritte dan ali.

“ng... te, apa gue ga usah jadi aja kali ya” ucap prilly pelan, ingin membatalkan begitu saja karena rasa minder menghantuinya tiba-tiba.

“Eh, apa lo bilang?” tanya gritte dengan jutek, karena prilly langsung ingin membatalkan begitu saja.

“ga jadi ikut” jawab prilly dengan ringan, tak menyadari perubahan raut wajah gritte dan nada suaranya yang sedikit mulai kesal.

“nih, pake ini. Nggak ada nggak ikut, kudu ikut!” ucap gritte dengan tegas dan menyodorkan kemeja dan rok hitam selutut pada prilly.

“tapi tee...” prilly mulai mengelak, karena moodnya mendadak menurun drastis karena rasa mindernya terlalu besar.

“nggak pake tapi-tapian pril. Buru. Udah jam 4” suruh gritte dan mendorong paksa prilly menuju kamar mandinya untuk mengganti baju.

“iya deh iya” jawab prilly akhirnya mengalah. Dia masuk ke kamar mandinya dengan tampang merengut karena gritte memaksanya.

~~

“duh ali mana ya te?” tanya prilly mulai cemas, karena hampir setengah jam dia menunggu ali, namun ali tak kunjung datang.

Arif yang tadinya mengantri untuk membeli tiket, sudah muncul dengan empat tiket di tangannya.

“loh? Ali belum dateng?” tanya arif bingung.

Prilly menggeleng kepalanya pelan.

“coba telepon gih” suruh gritte, ikut merasakan kekhawatiran yang prilly rasakan.

Prilly langsung mengambil hapenya dan mencari nama ali di kontaknya. Namun dia tersadar kalau dia belum sama sekali bertukar kontak dengan ali.

“gue nggak punya nomer ali” ucap prilly pelan, sedikit malu mengatakan hal itu di depan arif dan gritte.

“haaahhh?” seru gritte kaget, dan menatap prilly dengan matanya yang langsung membulat, kaget mendengar penuturan prilly tadi.

Prilly menatap gritte dengan takut, karena dia yakin, setelah ini gritte pasti akan kembali berpandangan jelek pada ali yang tak becus berpacaran dengan dirinya.

girlfriend vs footballWhere stories live. Discover now