Bagian 04

36K 4.5K 103
                                    

°°°
[New Airyn's Story]

Sonia hanya menatap tak minat melihat dua orang yang mengaku sebagai kedua orangtuanya. Dan jangan lupakan, seorang lelaki yang hanya berbeda satu tahun dengan dirinya. Daripada ia ikut campur, mending ia diam saja. Selagi tak membuat kekacauan dan membuat ruangannya ini hancur ya sudah biarkan saja.

"Dad, gak bisa gitu dong. Masa Airyn langsung pulang hari ini juga, sedangkan ini masih pagi astaga," ucap Mona membuat Abraham tak gentar. Ia tetap dengan keputusan nya membawa pulang Airyn.

"Gak. Airyn pulang, lagipula Airyn gak demen ama bau obat-obatan. Iya, kan sayang?" Tatapan Abraham mengarah ke Airyn dan jangan lupakan kedipan mata nya membuat Airyn mengernyit heran.

Lagi pula, benar apa yang diucapkan orang yang mengaku sebagai daddynya, yang ia sangka sebagai Daddy sugarnya. Mengingat hal itu membuat ia terkekeh geli. "Iya, aku gak betah. Mau pulang." Ucapan Airyn kali ini  membuat Abraham tersenyum penuh kemenangan. Kepalanya menoleh melihat bagaimana ekspresi istrinya itu, sementara Mona berdeham kala Abraham menatapnya penuh makna. Tak bisa dibayangkan memang, walaupun umurnya sudah terbilang tidak semuda anaknya, tapi dirinya masih saja salah tingkah jika suaminya itu menatapnya.

Sedangkan di sampingnya, Dion menatap sinis Airyn, gadis itu tak terlalu fokus ke dirinya. Ia malah seperti tak menyadari kalau dirinya di sini. "Ekhem ...." Dion berdeham. Membuat Abraham, Mona dan Airyn menoleh ke dirinya.

Sontak saja membuat ia salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Mau sampai kapan kalian ribut? Sampai diusir pak satpam?" Hanya itu yang lolos dari mulutnya.

Abraham berkaca pinggang. "Kamu ini, cepat bawa barang Airyn. Kita pulang." Abraham memunggungi Sonia, membuat Sonia mengernyit heran.

"Ayok Daddy gendong sayang, biarin kakakmu jadi babu sehari," ucap Abraham membuat Sonia terkekeh. Entahlah, Ia padahal di sini sebagai orang asing, namun dengan secepat itu ia terlalu akrab.

"Ayok lah gas!"

Abraham terkekeh mendengar ucapan Airyn, berbeda dengan Mona yang menggeleng kepala nya melihat kelakuan anak gadisnya, lalu beralih menatap Dion.

"Semangka anak Mommy!" teriak Mona membuat Dion menghela napas.

Setelah kejadian di ruang inap, kini Sonia, Abraham, Mona, dan jangan lupakan Dion yang ada di belakang membawa koper yang entah isinya itu apa. Bibirnya merengut kesal, dirinya seperti terlihat seorang anak pungut, berbeda dengan Airyn yang tengah digendong oleh Abraham.

"Dad, cowok yang di belakang itu beneran Abang Son-Airyn?" hampir saja ia menceplos. Sampe kapan ia menjadi seorang Airyn? Yang Ternyata ia yang tak bukan adalah orang asing di keluarga Abraham Bryan Winata.

Apa sampai pemilik tubuh ini kembali? Dan ia kembali di mana harusnya berada? Mungkin dengan ini, Tuhan berbaik hati dengan ia memiliki kesempatan untuk hidup kembali, walau bukan di tubuhnya. Melainkan di tubuh orang lain.

Bahkan ia sempat tak percaya, dengan adanya perpindahan jiwa. Dan sekarang? Ia berada di posisi ini. Mungkin, dengan cara ini ia akan berbuat hal baik.

"Oh ... Dion," ucap Abraham. Ia menoleh ke belakang, menatap anak sulungnya yang berjalan dengan tatapan datarnya. "Iya, dia Abang kamu. Jangan berantem terus kalian, Kuduh akur," ingat Abraham dengan inotasi suara agak tinggi. Membuat Dion menatap punggung sang daddy.

"Aku gak janji," ucap Sonia.

***

Sonia menatap kagum sebuah bangunan bak istana di depannya ini, ini bahkan seperti mimpi. Dengan itu ia memukul tangannya, ia meringis sakit. Dan benar saja, ia tidak mimpi. Ini rumah sang pemilik tubuh yang tengah ia pakai. Sungguh, kehidupannya membuat jiwa Sonia insecure. Bahkan ini adalah rumah impiannya sejak kecil. Dan sekarang terpampang secara nyata.

"Ryn, ayok masuk. Mau sampe kapan kamu di sini? Ayok. Kamu harus istirahat." Mendengar ucapan Mona, membuat kesadaran Sonia kembali dari tatapan kagumnya. "Oh, iya ayok!" Semangat Sonia sambil mengamit lengan Mona.

Ia tak sabar, dengan isi di dalamnya. Dari luar saja, sudah terlihat betapa mewahnya mansion ini.

"Wahhh... Ma! ini kita gak kesasar kan? Buset gede banget rumahnya," ujar Sonia sambil berjalan kesana kemari. Bahkan guci pun ia sampai elus-elus. Dion yang melihat kelakuan adik nya itu, Mengerutkan keningnya. Gak kesurupan, kan si Airyn?

Jangan 'kan dirinya, bahkan Bi Lastri Pun Menatap heran anak Majikan nya ini.

"Den, aih si Non Airyn kunaon?" ucapan Bi Lastri membuat Dion menggeleng'kan kepalanya, "Mungkin salah obat Bi, Dion duluan ke atas," ucap Dion yang hanya diangguki oleh bi Lastri.

"Buset ... ini lagi, empuk banget nih kursi, Jangan-jangan bukan kursi lagi? Mungkin spring bed lagi. Yang buat kasur empuk itu?" gumam Sonia sambil melompat-lompat di atas sofa yang tengah ia duduki, ralat bukan hanya di duduki bahkan hampir ia mutilasi sangking empuknya tuh sofa.

Mona hanya menatap cengo anak gadisnya. "Sayang ... kamu ngapain? Ayok mending ke kamar. Inget 'kan kata Dokter kamu harus istirahat?" ucap Mona mengingatkan ia dengan seorang dokter yang menurutnya Playboy. Bagaimana tidak buaya? Dokter yang mengecek kondisinya, bukan lah Dokter Andy melainkan dokter Juan. Dokter yang seumuran dengan dokter Andy. Yah menurut Sonia, meski dokter Juan tampan namun ia tak suka.

Hanya saja, Dokter itu terlalu modus. Bahkan Juan sampai meminta nomor WhatsApp dirinya. Mengingat hal itu ia mendengus.

"Ayok Mommy anterin," ucap Mona sambil menarik lembut tangan Airyn.

Sejak dari tadi, ia tak bosan-bosan. Berdecak kagum dengan isi dalam rumah mewah ini, membuat Mona bingung dengan sikap anaknya. "Sayang, kamu gak papa?" Sonia yang mendapat panggilan dari wanita yang menyandang sebagai ibunya Menoleh.

"Gak papa ... Ma, kagum banget sama ini rumah. Gede banget, Kalo gini caranya aku betah di rumah gak mau keluar," ucap Sonia tak sadar membuat Mona tersenyum mendengar perkataan Airyn, walaupun tampak aneh baginya.

"Dah sampai di kamar kamu, Kamu jangan aneh aneh di dalam sana yah? Istirahat di dalam. Kalo butuh apa apa panggil Mommy atau Yang lain." Sonia hanya mengangguk saja, ia terlalu antusias dengan apa yang di lihatnya sekarang. Kamar yang luas, bahkan cat tembok perpaduan putih abu-abu. Kamar impiannya.

"Yasudah, Mommy pergi kebawah dulu. Dadah sayang," ucap Mona lalu mengecup pipi Sonia.

Setelah melihat punggung Mona menghilang dari pandangannya, ia mulai berjalan masuk. Lalu menutup pintu kamarnya.

"Buset... gila! Ini keren banget! Gak nyangka gue!" teriak Sonia, lalu ia meloncat ke king size-nya. Meloncat bagai anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru. Tak hanya itu, ia juga bahkan membuka lemari, wajah yang berseri sektika luntur.

"Dih, apaan ini? Ini baju apa lap sih? Kurang bahan banget. Baju belum selesai dijahit udah diambil aja." Menggeleng-gelengkan kepalanya saat menemukan banyak pakaian yang sungguh mengundang tatapan nafsu lelaki hidung belang.

Tak habis pikir ia dengan pemilik tubuh asli yang ia pakai ini, apa selama dia hidup gadis itu memakai semua pakaian kurang bahan itu yang memperlihatkan lekukkan tubuhnya untuk memikat sang pujaan hati?

Sesaat, ia memikirkan sosok lelaki yang menatap sinis Selain Dion. "Cewek gila, kok justru gue yang malu ya? Gila aja. Cewek cantik kek Airyn ngejar cowok ingusan kek cowok itu? Halah. Cuma modal muka cakep sok mau Fuckboy lo kompor gas! Nanti disakitin sama cewek, nanti bilangnya gini, 'Semua cewek sama aja' padahal diri sendiri aja sama aja kek cowok bajingan yang lain." Kesal Sonia. Ia berjalan menuju meja rias.
Dirinya dibuat kagum lagi, betapa beruntungnya dirimu Airyn.

"Liat aja, bakal gua guncangkan kaum Fuckboy," ucap Sonia lalu tertawa. Entah, mungkin besok hari yang seru, pikir Sonia.

To Be Continue

AIRYN'S  Where stories live. Discover now