~Allah bersaksi atas keabsahan cinta kami meski di naungan tersembunyi~
♤♤♤
Hotel milik perusahaan Sultan telah dipesan Ning Fiyyah. Sengaja memesan untuk Robet dan Irma agar Robet bisa bertemu dengan Imaz.
"Gus, haruskah sekarang kita berbulan madu? Menurutku, ini terlalu cepat." Irma berusaha menolak ajakan Robet namun ia bersikeras tetap berangkat.
"Memangnya kenapa? Kita sah-sah saja karena suami istri. Lagipula kau juga sudah khatam belajar kitab fathul izarnya." Robet mengemasi pakaian ke dalam koper, "kita cuma tiga hari menginap. Ini perintah suami." Kata Robet dengan tegas.
Mereka berdua berjalan keluar sambil mendorong koper. Disambut oleh keluarga besar Romo kiyai diruang tamu.
"Hati-hati Robet dan Irma. Semoga bulan madunya lancar." Ucap Ning Dija sambil menggendong anaknya yang baru berusia satu tahun. Dengan rambut pendek dihiasi topi berwarna pink semua orang melihatnya sungguh menggemaskan.
Ning Fiyyah menatapnya hambar. Entah hari-hari ini Robet merasa dia canggung dengannya. Robet hanya membalas seuntai senyuman pada kalimat-kalimat sambutan atas liburan mereka.
Mereka berjalan masuk ke mobil. Robet mengarahkan tuas. Mobil berjalan dengan santai.Dalam perjalanan mereka tak banyak kata. Robet fokus mengendarai mobil. Irma menatap sekeliling perumahan yang dilewatinya dari kaca jendela. Lampu merah para pengendara diharapkan berhenti. Sekitar tiga puluh menit, lampu hijau dinyalakan. Para pengendara berjalan sesuai arus masing-masing.
Tiba dihotel.
Hotel itu dibangun menjulang tinggi. Memiliki beberapa kamar dengan fasilitas lengkap. Biaya penginapan terbilang standart. Penjaga hotel berpakaian rapi dan bersikap sangat sopan.
"Pesanan saya kamar nomor 631." Robet berkata pada penjaga hotel yang berhijab.
"Iya silahkan Anda naik lift lantai 11."
Robet berjalan mendahului Irma. Ia dengan gontai masuk lift. Menekan tombol nomor 11. Irma berjalan mengikutinya.Kamar nomor 631 sangat cocok untuk dua orang. Ac bertengger di dinding atas. Televisi besar menetap didepan ranjang. Almari kayu mengkilap kecokelatan terpasang di sebelah ranjang. Robet duduk diranjang menghela napas.
"Gus, aku mau ke toilet sebentar." Irma bergetar mengatakannya. Sesuatu aneh terjadi padanya. Tangan lembut Robet meraih pergelangan tangannya. Robet menatap wajahnya. Bola matanya terlihat jelas mengalihkan pandangan. Robet melepaskan tanpa perasaan.
"Irma, seberapa besar kau mencintaiku?" Kalimat itu meluncur dari lisannya tanpa ia pikirkan sebelumnya."Kenapa kau mempertanyakan itu?" Irma balik bertanya.
"Tak ada cinta dalam kelopak matamu. Tak ada sentuhan yang menggetarkan hatiku." Mata Robet bergetar. Menolak pandangan yang balik menatapnya.
"Apakah kau meragukan cintaku?"
"Iya aku ragu. Karena sudah jelas kita tidak saling mencintai."
"Tapi, kita sudah terikat pada janji Romo."
"Sejak kapan Romo menjanjikan perasaanku terhadapmu? Sebelum aku mengenalmu, aku sudah menaruh perasaan terhadap wanita lain."
"Ning Fiyyah?" Irma langsung menebak.
"Bukan."
"Lalu?"
"Imaz."
Irma menatapnya terkejut. Nama Imaz terasa aneh tiba-tiba disebut. Ia pikir Romo Kiyai menjodohkannya dengan Ning Fiyyah karena jelas sekali tatapannya saat acara ulang tahunnya begitu bahagia. Selama mengenal keluarga Romo kiyai hanya senyuman aneh yang disunggingkan untuk Robet.
Wajah Robet tiba-tiba mendekat. Merasakan getaran bibir yang berjalan mengarah ke bibirnya. Irma langsung melangkah mundur, "aku mau ke toilet." Irma berdalih. Robet menatapnya yakin bahwa dia bukan wanita pilihan Romo kiyai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You Untill Dead
RomanceImaz mendapat misi untuk membunuh dan meruntuhkan pesantren Romo Kiyai. Namun, di tengah misinya, Imaz malah menyayangi Romo Kiyai seperti kakeknya sendiri, sehingga Romo Kiyai berencana menjodohkan Imaz dengan pria pilihan beliau. Tak disangka, pri...