d u a b e l a s

3.9K 563 66
                                    

Terbangun dalam ruangan gelap tanpa cahaya sedikitpun bukan hal yang bisa dibanggakan. 

Gelap tapi cukup untuk terlihat. Mata [Name] mencoba menyesuaikan kegelapan yang menenggelamkan. Meski ia tidak punya kemampuan dapat melihat dalam gelap, tapi matanya masih cukup berfungsi baik dalam keadaan tanpa cahaya seperti sekarang.

Ruangan tanpa sudut, gelap dan seorang diri. Tidak tahu berada dimana dan siapa yang mengintai. [Name] hanya waspada, menajamkan mata menatap sekelilingnya yang kosong. 

Mimpi. 

Gadis itu yakin kalau ia sedang bermimpi. Ia ingat jika ia tertidur di kasurnya beberapa menit lalu.

[Name] menghela napas. Seharusnya ia tak tidur tadi. Lebih baik ia membantu neneknya mengemas barang miliknya untuk menginap di The Burrow daripada memejamkan matanya. 

Sesaat gadis itu merasakan adanya pergerakan dari arah belakangnya. Suasana hening yang tenang seketika berubah menjadi suram dan agak mencekam.

Samar-samar secara perlahan cahaya mulai menerangi sedikit sekali ruangan di sana. Cahaya yang hampir mirip cahaya bulan yang malu untuk terbit. 

[Name] membalikkan tubuhnya. Tidak lama dari itu ia mematung. Menatap sosok lelaki tinggi yang berdiri dengan stelan hitamnya. Memandang [Name] dengan matanya yang tajam dan menghipnotis.

"Lama tak jumpa, [Name]," katanya tanpa merubah posisi sedikitpun. 

[Name] diam tak menjawab. Terlalu terkejut pada fakta bahwa ia bertemu teman lamanya yang tidak pernah ia harapkan. Ia tahu betul suara itu, bahkan jika ia tak membalikkan badannya.

"Pasti kau bertanya-tanya untuk apa aku muncul di hadapanmu. Kalau begitu ... aku punya hal bagus yang harus kau dengar," lanjutnya. Lelaki itu pikir gadis di depannya tidak sabar mendengarkan ucapannya. Padahal telah tercetak di wajah gadis itu secara jelas kalau ia yakin tebakannya benar dari hanya bertemu wujud tak nyata lelaki di depannya. 

"Apa maksudmu?" Setelah mendiamkan orang di depannya akhirnya gadis itu berbicara. Walau nadanya sangat terdengar kurang ramah. 

"Aku tau kau gadis yang pintar. Kau temanku, tentu saja pintar. Kata-kataku tadi, ku yakin kau sudah langsung mengerti apa maksudku." Lagi, lelaki berambut gelap itu tidak menyelesaikan ucapannya. Mempermainkan rasa penasaran yang baru saja timbul. 

"Terimakasih. Tapi aku bukan peramal," balas [Name]. 

"Tidak sulit untuk menebaknya bukan? Aku tahu kau merindukan ku," katanya percaya diri. 

[Name] mendengus. Lelaki di depannya ini terlihat tidak tahu malu. Gadis itu pasti benci sekali saat mengetahui jika tebakannya benar terjadi.

"Percaya diri sekali kau. Ingat sekarang kau bukan kau dengan wajah tampan. I never miss or want to meet you ever again if you are you in this time," sengit gadis berambut hijau itu. 

Ingatannya berputar pada saat mereka sering belajar bersama bertahun-tahun lalu. Jauh sebelum rasa penyesalan karena mengorbankan pengetahuan akan tebakan yang tepat sasaran itu hadir. 

Lelaki di depannya maju beberapa langkah. Senyum, oh bukan. Itu seringaian. Dia menyeringai seakan perkataan [Name] menghiburnya dan hal bagus untuk ia tulis di buku diary-nya.

"Kurasa bukan tempatmu untuk mengetahui hal itu," ucapnya santai. Alisnya ia naikkan. Persis seperti anak remaja yang memancing kemarahan temannya. 

"Kau hanya akan merusak dunia sihir jika kau kembali," gumam [Name].

Itu tebakannya. [Name] sendiri mengumpat atas tebakannya yang ia katakan begitu saja. Ia seketika mencemaskan orang-orang di dunia sihir yang akan terkena dampak dari kemunculan 'teman lama' nya itu.

secret admirer ; D.MALFOY x Reader [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang