d u a p u l u h e m p a t

1.9K 291 29
                                    

Brak.

[Name] menutup bukunya keras. Menatap kesal pada Anthony yang merengek padanya. Lelaki pirang itu meminta dikenalkan kepada gadis-gadis dari delegasi Beauxbatons.

Alasan mengapa bocah pirang dari Ravenclaw itu meminta pada [Name] itu karena dirinya melihat [Name] yang sering disapa oleh banyak murid Beauxbatons. Iri-lah si bocah pirang menyebalkan itu pada sang gadis.

Murid dari Beauxbatons pula mengenal [Name] karena gadis itu katanya memiliki aura yang berbeda dan unik, selain itu sang surai hijau tubuhnya beraroma khas yang menenangkan. Baik murid perempuan maupun lelakinya, penasaran dengan [Name]. Berakhir mereka sendiri yang melakukan pendekatan untuk kenal dengan gadis itu.

Oh [Name] kamu selalu dikelilingi orang-orang baru sekarang, sangat terlampau jauh dengan yang dulu, kan?

If Abraxas heard about this, he would be happy.

But if Draco heard about this, he would be jealous.

Sang keturunan hawa yang tengah duduk di sofa, menyentil dahi keturunan adam yang tengah memasang posisi berlutut di bawahnya. "Tidur Anthony, sudah malam," suruhnya.

"Tapi besok tolong kenalkan aku pada mereka. Ah tidak! Salah satu dari mereka juga aku tak akan menolak," rengek Anthony sekali lagi. Kedua tangannya ia katupkan dan kedua matanya menampilkan puppy eyes. Bertujuan agar gadis yang terlihat seperti ratu di depannya itu mengiyakan keinginannya.

Dengan jengah, [Name] terpaksa mengiyakan. "Iya. Sana cepat tidur!"

"Oke, baiklah. Selamat malam tuan putri [Name]!" teriaknya sambil berlari menuju tangga asrama laki-laki. Langkah kakinya terdengar riuh. Jelas sekali menampilkan suasana hatinya yang girang. Seolah mendapat lotre, pemuda itu senang bukan main kala [Name] akhirnya mengatakan iya padanya.

Rengekan yang lelaki itu lakukan selama satu jam membuahkan hasil yang memuaskan.

Satu jam lamanya sang dara mendengar rengekan tak elok dari lelaki itu. Bayangkan betapa lelah dan sabarnya [Name] mendengarkan ucapan pemuda cerewet yang tak ada habisnya.

Gadis Venrost itu melihat sekeliling. Mengamati setiap sudut ruang rekreasi yang tak ada satupun pergerakan, kecuali kobaran lidah api di perapian. Kini, waktu menunjukkan tengah malam. Sang indurasmi pun menembus celah-celah jendela yang tak kebagian tirai.

Terduduk seorang diri di tengah luasnya ruang rekreasi. Jemarinya membuka tutup vial kecil yang kerap dikalungkan kemanapun dibalik jubahnya. Vial itu ia buat kalung guna memudahkan dirinya membawa itu kemanapun ia pergi.

Puk. Begitu bunyi kala tutup botol vial dibuka. Aroma berbagai macam floral, air terjun dan bubuk peri Hiraeth menguar, membuat sinar spiral yang melingkari tubuh sang gadis.

Mengumpulkan keberanian sebelum menuangkan setetes pada ujung bibirnya. Mendongakkan kepala lalu menjilat bibir yang ditetesi ramuan.

Sejenak tak terjadi apapun pada dirinya. Namun, sepuluh detik kemudian sebuah sinar yang terlihat seperti suatu kristal yang dipantuli cahaya terpancar dari dada sang anindya. Menampilkan kirana yang mampu membuat orang yang melihatnya terpana.

[Name] terbatuk keras. Menutup mata menahan gejolak aneh dalam tubuh bagian dalam. Dadanya bergemuruh hebat seakan terjadi bencana di dalamnya.

Rasa sakit yang awalnya di jantung, kini menjalar ke seluruh badannya. Seluruh daksanya mati rasa, tak dapat bergerak saking kuatnya rasa sakit efek ramuan itu.

Dirinya membeku dalam posisi terduduk di sofa ruang rekreasi asramanya. Terus begitu selama satu jam. Satu jam lamanya [Name] menahan rasa sakit akibat ramuan yang diminumnya.

secret admirer ; D.MALFOY x Reader [HIATUS]Where stories live. Discover now