02. Keadaan Yang Tak Terduga

3.7K 334 12
                                    

Setelah kekacauan yang sempat terjadi, acara penyambutan para siswa-siswi baru pun, kembali berjalan dengan damai.

Usai Fanya memberikan kata sambutan dan motivasi, Fanya kembali turun dari podium dan masuk ke dalam barisannya.

"Fanya?! Lo kenapa berani banget nampar si Alvin?!"

Fanya hanya tersenyum, membalas pertanyaan Sonia, teman sekelasnya.

"Mending lo minta maaf ke Alvin. Lo tau, kan? Dia itu yang megang Mercy sekarang."

Fanya menoleh, menatap Brian. "Megang Mercy? Lo pikir ini jaman apa? Kerajaan? Atau lo pikir kita lagi perang gangster?"

"Ckckck.... Lo itu cewek jadi gak tau dunia jalanan. Lo gak kenal si Alvin sama Alvon. Kalau lo tau mereka, lo pasti gak berani buat masalah sama mereka," timpal Rizal, yang juga teman sekelas Fanya.

Fanya menggelengkan kepalanya perlahan. "Buat apa gue takut sama preman? Lagian mereka juga siswa biasa kayak lo semua."

Teman-teman Fanya yang lain ingin berbicara, tapi mereka kembali menutup mulut mereka. Percuma mengingatkan Fanya yang keras kepala.

"Lo gak apa-apa, kan?"

Dari semua pertanyaan dan pernyataan, hanya Gea yang nampak benar-benar peduli dengan Fanya.

Fanya tersenyum, sambil menggelengkan kepalanya. "Santai aja. Gue gak apa-apa."

Gea mengangguk, tapi ekspresi wajahnya masih tetap khawatir. "Kalau nanti mereka macam-macam sama lo, gue bakalan bantu lo, jadi lo tenang aja."

Fanya tertawa kecil, lalu menggenggam tangan Gea. "Makasih Ge."

Fanya dapat melihat wajah ketakutan Gea dengan jelas, namun sahabat baiknya itu memilih untuk menguatkan dirinya, di saat ia juga merasa takut.

Namanya Gea Iriani Widjayanti. Teman baik Fanya sejak Fanya bersekolah di Mercy International High School.

Mereka selalu berada di kelas yang sama, karena Gea juga memiliki kemampuan akademik yang hebat.

Setelah acara penyambutan murid berakhir, Gea menemani Fanya pergi ke ruang kepala sekolah, karena Fanya juga harus diberi teguran atas apa yang tadi ia lakukan.

Selama bersekolah di Mercy International High School, Fanya tidak pernah membuat masalah, karena ia sadar kalau ia hanyalah siswi biasa yang bisa masuk ke Mercy, karena bantuan beasiswa.

Atas hal itu, kepala sekolah kembali mengingatkan Fanya untuk berhati-hati, apalagi ini tahun terakhirnya di Mercy.

"Kamu gak mau usaha kamu selama ini sia-sia, kan?" Tanya kepala sekolah.

Fanya mengangguk perlahan. "Iya, Pak. Saya minta maaf."

"Karena ini pelanggan pertama kamu, dan kamu sadar kalau kamu sudah salah, bapak bakal maafin kamu untuk kali ini. Tapi lain kali bapak gak mau kamu terlibat dengan dua kembar itu, atau masalah lain."

Fanya diam di tempatnya, menerima semua nasihat dan teguran yang kepala sekolah berikan, tanpa berusaha membela diri.

"Ya sudah. Kamu bisa kembali ke kelas kamu."

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: Aug 12, 2023 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

That Should Be Me Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu