C H A P T E R 5

2.7K 333 10
                                    

UPDATE!!

Ayo semua merapat! siapa yang udah nunggu chapter ini? mana suaranya?

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,

DyahUtamixx



DyahUtamixx

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Tidak terasa waktu telah berlalu begitu cepat dan matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menandakan kalau malam sebentar lagi akan tiba. Laura duduk dengan nyaman di salah satu kursi restoran yang berjarak dekat dari lokasi hotel. Dia bersenandung pelan dan tersenyum sambil memutar kembali harinya yang dilalui bersama Rome di dalam memorinya. Semula dia berpikir kalau pergi bersama Rome yang sejak awal terlihat kaku dan dingin akan terasa tidak nyaman lalu berakhir menjadi kecanggungan, namun justru sebaliknya.

Tidak ada perasaan itu sedikitpun. Setiap Laura berhenti berbicara karena sudah tidak memiliki topik, maka Rome yang akan memulai pembicaraan baru. Bahkan selama perjalanan, pria itu terlihat lebih antusias daripada dirinya. Walaupun setiap mereka berhenti di salah satu penjual untuk melihat barang dagangan yang dijual, Rome akan memilih diam dan mengamati barang yang dijual, tapi Laura bisa melihat gestur dan pancaran yang terlihat begitu jelas dari manik hazel milik pria itu. Apalagi ketika mereka berhenti di penjual yang menjual berbagai macam lukisan dan kerajinan penduduk lokal, maka Rome akan melihat satu persatu dengan begitu teliti, dan karena begitu asik melihat dan lupa waktu, akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang di salah satu kursi taman yang ada di alun-alun dengan membeli makanan dari pasar.

Ketika selesai, mereka melanjutkan perjalanan lagi mengelilingi pasar, membeli makanan berupa camilan yang dikomentari oleh Rome sebagai hal yang berlebihan karena mereka belum lama selesai makan siang, melihat-lihat bunga segar nan indah yang dijual, roti hangat, dan juga barang antik. Ketika mereka puas berjalan mengelilingi pasar, Rome mengajak Laura untuk menyusuri alun-alun Bastille, dan karena hal itu mereka akhirnya semakin dekat. Selama mengelilingi alun-alun, Laura mengajak Rome berdiskusi mengenai pasar Bastille beserta isinya, dan Rome pasti menanggapi semua itu. Di sela pembicaraan, Laura akan melontarkan lelucon hingga dirinya sendiri tertawa, bahkan Rome juga ikut tertawa. Sikap dingin dan kaku serta eskpresi datar yang pria itu tunjukkan saat pertama mereka bertemu sama sekali tidak ada, seolah saat itu Laura sedang bersama orang yang berbeda dengan wajah yang sama.

Dia tersadar dari dunia kecilnya ketika kursi yang ada di depannya ditarik dan Rome duduk di kursi tersebut. Blazer yang pria itu bawa sudah disampirkan di pundak Laura sebagai penghangat dari udara yang mulai dingin. Secara tidak sadar, Laura mengusapkan telapak tangannya pada permukaan blazer, membuat aroma tubuh Rome menguar dan memenuhi indra penciumannya. "Kau yakin tidak ingin makan di restoran lain?" tanya Rome yang baru saja kembali setelah selesai berbicara di telepon dengan seseorang. Manik hazel pria itu mengedar ke sekeliling restoran yang saat ini terlihat ramai oleh pengunjung. Dia melihat kalau penampilan Rome yang tadi pagi terlihat sempurna, sekarang terlihat lebih manusiawi dengan rambut cokelatnya yang sedikit acak-acakan dengan beberapa helai rambut yang jatuh ke kening. "Kita bisa—"

Broken TrustWhere stories live. Discover now