2. Hantu

29K 3K 38
                                    

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Denny Caknan - Kartonyono Medot Janji

~~~~~
"Jangan pernah berhenti untuk mencoba lagi. Jika kau berhenti, maka tidak akan ada cerita baru lagi."

~~~~~

Sejak kejadian tidak mengenakan yang menimpanya beberapa minggu yang lalu membuat Sasti paranoid berlebih, ditambah Joko yang selalu memprovokasinya setiap ada kesempatan. Memang kejadian sudah berlangsung lebih dari sebulan. Anehnya, setiap malam Jum'at dia selalu berziarah, tetapi anak itu juga tidak ada. Jika memang anak kecil itu adalah Sasti, Sasti bersyukur karena bertemu hantu yang tampan dan rupawan. Jarang-jarang ada hantu yang seperti itu.

"Hayoo, ngelamunin apa? Cowok nih pasti."

Sasti memutar bola matanya malas, disampingnya berdiri Ariyani, biasa dipanggil Yani teman barunya di Bali ini. Yani merupakan orang Bali asli dan beragama Hindu. Memang Yani dikenal dekat dengan kedua orangtuanya, dan temannya sekaligus disaat Ia berkunjung di Bali.

"Eh Yani, kamu tahu nggak aku ketemu hantu beberapa minggu yang lalu."

Yani mengangkat satu alisnya ke atas. "Beneran? Masak?"

"Iya kemarin aku masak mie hantu super pedas."

Plak

"Diajak bicara serius kok, bercanda mulu."

Sasti mengelus lengannya yang dipukul Yani dengan wajah tertekuk. "Eh tapi ini beneran, sumpah kalau nggak percaya tanya aja juru kuncinya!"

Terlihat Yani yang menimang-nimang perkataan Sasti. Selama 20 tahun hidupnya di Bali, tidak pernah sekalipun dia bertemu dengan hal-hal yang berbau mistis.

"Jangan bohong ya Sasti, Lu orangnya nggak bisa dipercaya," ucap Yani di akhiri dengan menarik ujung hijab yang dikenakannya.

"Yak Yani!"

Tidak lama setelah itu terjadi aksi kejar-kejaran antara mereka berdua. Joko yang melihat di bangku yang tidak jauh ditempatinya hanya menggeleng. "Sungguh sangat kekanakan anak sekarang."

"Permisi."

Joko bangkit dari duduknya dan berdiri melayani pelanggan. "Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Disini bisa pesan makanan?"

Tercetak kerutan di dahi Joko, bukankah sekarang mereka ada di kafe ressort, kenapa orang ini menanyakan hal yang sangat? "Bisa, silahkan duduk."

"Bukan bukan, maksud saya bisa catering? Karena perusahaan Bos saya kehilangan tempat langganan, bisa?"

Joko menimang, ini kesempatan bagus untuk menambah penghasilan. Tapi bagaimana dengan Sasti? Bagaimanapun dia yang bertanggung jawab atas ini.

"Yak Sasti! Kesini cepat!" Joko berteriak cukup keras karena kedua remaja yang menuju dewasa tadi juga belum berhenti dari aksi kejar-kejaran.

Dengan tergesa-gesa Sasti membenarkan penampilannya, mengikat hijab miliknya dengan cepat. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan nafas terengah-engah.

Mereka mempersilahkan duduk, dan Joko mulai menjelaskan alasan orang tadi kesini. Sasti menganggukkan kepala paham, matanya menilai pria di depannya dari atas sampai bawah. Dia orang kaya, terbukti dari jas yang dipakainya. Tanpa pikir panjang, Sasti menyanggupi membuat Joko membulatkan matanya, pasti dia juga yang akan repot dengan ini.

Semayan (Pindah DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang