𝟶𝟸

1.2K 194 5
                                    

Lelaki di depan pintu tersenyum canggung karena sepertinya mengganggu qtime dua sejoli ini.

"Flashdisk ku kayaknya ketinggalan deh, Joong."

Mampus.

Hongjoong masih tertegun di ambang pintu. Begitu pula dengan dua orang di sofa ruang tamu.

Mata Chan menangkap siluet yang dikenalnya, ia melirik ke belakang Hongjoong melalui celah tubuhnya. Jantungnya berdebar tidak karuan saat netranya menatap sosok itu dalam ketidakpastian.

"Ino?"

Sudah terlambat bagi Minho untuk kabur untuk kedua kalinya. Chan menerobos masuk, memeluk tubuh yang lebih muda begitu erat seakan takut ia menghilang lagi.

"K-kamu bener Ino, kan?" Ia menjauhkan diri untuk menatap Minho yang masih shock. "A-aku gak lagi mimpi, kan? K-kamu beneran—" Ia tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Antara bahagia, lega, dan sedih bercampur, membuatnya hampir tersedak.

Hongjoong dan Seonghwa saling bertukar tatapan. Keduanya diam-diam pergi dari ruang tamu, menyisakan sepasang kekasih yang telah lama terpisah itu disana.

Setelah dua menit, Chan tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepas pelukannya. Minho perlahan membalas pelukan yang lebih tua. Suhu tubuh yang dikenal dan aroma yang masih sama seperti lima tahun yang lalu. Terkadang Minho hampir lupa apa itu rasa aman saat berada di sekitar orang yang kita sayangi.

"Kakak masih clingy." Minho tertawa kecil, mengabaikan Chan yang masih belum beranjak dari posisinya.

"Biarin. Masih kangen ini. Kamu sendiri kemana selama ini? Aku nyari sampe kayak orang gila loh."

Tangan Minho terangkat untuk mengusap kepala belakang Chan. Wajahnya tenggelam di bahu yang lebih muda, tapi Minho tahu lelaki itu sedang berusaha menahan tangis. Rasa bersalah menyeruak di hati Minho.

"Sekarang aku udah disini, kan? Lagian, kenapa kakak gak cari yang baru aja sih? Padahal udah lima tahunan."

"Gak mau." Chan menggeleng, membuat wajahnya bergesekan dengan kain di bahu Minho. "Gak ada yang secantik kamu. Gak ada yang bisa masak seenak kamu juga."

"Hilih, alesan."

"Serius, ih."

Chan memundurkan dirinya hingga kini keduanya saling bertatapan. Senyum yang menghiasi bibir mereka perlahan berubah menjadi tawa; saling menyalurkan rasa rindu yang terkubur selama lima tahun ini.

🄵🄸🅅🄴 🅃🄾 🅃🄴🄽

"Jadi ini yang berusaha kalian sembunyiin tadi?"

Hongjoong dan Seonghwa duduk di sofa yang berseberangan dengan Chan dan Minho. Keduanya ragu menjawab karena kini Chan terlihat kesal. Dan saat lelaki itu kesal, tidak ada yang berani mengganggunya. Menatapnya saja takut. Kecuali Minho sih.

"I-iya, Kak.. maaf."

"Kenapa?"

Seonghwa melirik Minho karena tidak terima kalau hanya mereka berdua yang dimarahi. Sadar dengan isyaratnya, Chan menoleh pada lelaki di sebelahnya.

Minho merenggut, "Kakak nyeremin, aku gak mau ketemu kakak."

"Iya deh, gak lagi. Nih, kakak senyum." Chan tersenyum hingga menampakkan lesung pipinya, yang sialnya berhasil membuat Minho lemah.

"Tunggu, jadi selama ini kamu diem-diem tinggal bareng Seonghwa?" lanjutnya.

"Gak." Minho menggeleng ribut, "A-aku kuliah di Singapura, gak sempet pulang. Baru minggu kemaren aku balik ke Indo."

"Singapura!?" pekik Chan dan Hongjoong bersamaan.

"Hwa?" Hongjoong meminta penjelasan saat dirasa pacarnya tidak menunjukkan keterkejutan sama sekali. Ada yang janggal.

Seonghwa tersenyum masam, "Aku baru tau dua tahun lalu."

"Baru dua tahun?" Chan mendelik ke arah Minho. Apa maksudnya? Merahasiakannya dari Chan, selaku pacarnya, tapi memberitahu Seonghwa?

Ada rasa tidak terima di hatinya.

Minho mengernyit saat Chan menarik tangannya. "Mau kemana, Kak?"

"Mau kasih pelajaran."

Seketika Minho menghentikan langkahnya hingga membuat Chan berbalik, tubuhnya kaku. Baik Hongjoong dan Seonghwa bereaksi dengan cepat setelah mendengar ucapan lelaki yang paling tua.

"Eits, gak boleh!" Hongjoong melompati meja dan langsung memisahkan Chan dari Minho sementara Seonghwa memeluk sahabatnya yang lagi-lagi mengalami shock. Keduanya berkoordinasi dengan baik untuk menyelamatkan lelaki itu. Dramatis lebih tepatnya.

Demi kekuatan bulan, dua orang ini harus dijauhkan dari adegan yang membuat teman mereka menghilang selama bertahun-tahun!

"Mana bisa gitu, siapa tau gegara ini juga Lino gak mau ketemu sama kakak, kan?"

"Ho'oh, dibicarakan baik-baik kan bisa, gak usah pake kekerasan."

Chan hendak membalas, tapi mengurungkannya. Meskipun hati kecilnya tidak terima, tapi ia harus menahannya saat melihat keadaan Minho dalam pelukan Seonghwa. Tubuhnya samar-samar menggigil. Lelaki yang dicintainya itu bahkan enggan menatapnya.

Apa seburuk itu skill Chan saat pertama kali mereka melakukannya? Sepertinya tidak.

"Oke, aku gak bakal ngelakuin itu." Chan menatap Minho sendu, "Kita duduk lagi. Ino?"

Dengan sigap Minho mengusap sudut matanya sebelum berbalik ke arah Chan. Seonghwa menuntun sahabatnya hingga duduk di sebelah Chan dengan tenang, masih was-was pada lelaki Aussie itu. Lalu ia sendiri duduk di sebelah Hongjoong, di seberang keduanya.

Chan meraih tangan Minho, agak meringis saat merasa lelaki itu berjingkat kaget karena perlakuan kecilnya. "Kakak minta maaf kalo gitu, oke? Kalo ada salah, kasih tau, jangan asal ilang tanpa kabar. Kakak khawatir gak bisa ketemu kamu lagi."

Minho mengangguk pelan. Detik berikutnya ia dikejutkan oleh Chan yang mencium keningnya. Lembut dan menggelitik. Ia bisa merasakan kasih sayang lelaki ini. Tidak ada kepura-puraan dalam perlakuannya. Juga tidak menyimpan maksud lain.

You attack my heart
You attack my heart

Minho membuka ponselnya yang terdapat panggilan masuk dari sang ibu dan mengangkatnya, "Hal—"

"MAS INO, KAPAN PULANG!?"

R.I.P gendang telinga Lino.

P gendang telinga Lino

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝙁𝙄𝙑𝙀 𝙏𝙊 𝙏𝙀𝙉; 𝘽𝘼𝙉𝙂𝙄𝙉𝙃𝙊Where stories live. Discover now