𝚎𝚡𝚝𝚛𝚊 𝚌𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛

724 76 2
                                    

ceritanya hampir anniv 1 tahun ternyata

anw, happy reading

Major Hyunin!

·

·

"Eh, Ai, mau kemana?" Minho menghentikan bocah SMP yang nyelonong keluar kamarnya.

Yang dipanggil menghentikan langkahnya, lalu menghampiri sang kakak yang baru tiba dengan anaknya. Usai mencium punggung tangan Minho, Jeongin menoel-noel pipi chubby sang keponakan gemas.

"Ryu mau kemana, kok dandan cantik gini?"

Balita dua tahun dalam gendongan Minho itu menoleh pada sang ayah seakan bertanya mengapa ada rubah tua berkedok anak sekolah ini. Padahal ia malas bertemu Jeongin, tapi ayahnya malah membawanya ke sini.

Minho menaikkan alis pada putrinya, Ryujin, lantas menggeleng pelan. "Kamu main sama Mas Ayen dulu. Ada Nenek juga. Ayah sama Papa bulan madu dulu."

Mendengar ucapan sang kakak, Jeongin menganga. Pasangan ini hendak menikmati waktu berdua sedangkan dirinya harus mengurus Ryujin? Ia tidak keberatan, tapi... harus sekarang?

Si balita melirik Jeongin yang sedikit lebih pendek darinya, lalu menunjuk dengan jari mungilnya. "M'mau!"

"Dia mau kok, main sama kamu. Iya kan, Ai?" Minho tersenyum manis pada Jeongin, membuat anak itu bergidik ngeri. Mau tidak mau ia mengangguk terpaksa. Daripada ia tidak diperbolehkan bergaul dengan Hyunjin lagi.

"Nih, ajak dia main. Jangan ditinggal," ucap Minho sambil mengoper Ryujin pada Jeongin. "Sore pulang, jangan di panas-panasan, dia gampang pusing. Kalo rewel, kasih ke Ibu aja."

Jeongin menyesuaikan Ryujin dalam dekapannya, lalu bertanya saat melihat kemeja batik yang ditata sedemikian rapi oleh sang kakak. "Mau kemana, Kak?"

"Liat manten."

"Ngapain manten diliat? Mereka dance cover?"

"Gak gitu, Ai."

Minho tertawa tanpa daya. Ia yakin Jeongin terlalu sering menghabiskan waktu dengan kakek-neneknya sehingga selera humor mereka hampir sama.

Ia tatap kedua anak di depannya lamat untuk beberapa saat. Bagaimana Jeongin berusaha menghibur Ryujin, dan Ryujin yang enggan mengobrol sebab ia akan ditinggal kedua orang tuanya.

Ia tersenyum, tangannya terangkat untuk mengusap puncak kepala dua anak itu. Jeongin masuk SMP tahun ini. Sebentar lagi ia akan dewasa. Ryujin pun demikian. Rasanya baru kemarin ia mendengar tangisan bayi yang menggemaskan ini. Siapa sangka anak itu sudah bisa berjalan, bahkan berbicara sepatah kata sekarang. Mereka tumbuh dalam sekejap mata.

Tersadar kembali, Minho buru-buru pamit pada ibunya yang kebetulan berada di ruang tengah, lalu berbicara dengan Ryujin sebab si balita merengek tak ingin ditinggal.

"Bentar ya, Ryu? Nanti Ayah bawain es krim."

"M'mau eckim, mau pingwin," ucap Eyujin sok serius.

Minho berpikir sejenak. Penguin seperti apa yang dimaksud? Bukan mainan setinggi Ryujin yang biasa dijual di pinggir jalan itu pastinya. Tidak mungkin. Ia paham anaknya agak berbeda dari kebanyakan anak perempuan seusianya.

"Penguin yang mana?"

"Ih, Ayah... yang tok tok pecah." Ryujin memperagakan sedang memukul sesuatu, membuat Jeongin kewalahan memeganginya.

Meski kurang paham, Minho mengiyakannya. Ia harus segera kembali sebelum ditinggal rombongan.

Begitulah Jeongin ditinggal dengan Ryujin di ruang tamu. Kedua lengannya gemetar menahan berat badan anak dalam gendongannya.

𝙁𝙄𝙑𝙀 𝙏𝙊 𝙏𝙀𝙉; 𝘽𝘼𝙉𝙂𝙄𝙉𝙃𝙊Where stories live. Discover now