02

466 59 15
                                    

ASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI
WABAROKATUH!!

happy reading all 📖

•oOo•

"Saya terima lamaran Bapak."

"Aghr!!" Salsa membenamkan wajahnya pada bantal saat kalimat itu kembali terngiang di kepalanya.

Tak henti-henti Salsa merutuki kebodohan dirinya kemarin. Bisa-bisanya Salsa menerima lamaran pria yang sama sekali tidak ia sukai, hanya karena terbawa suasana. Bagaimana Salsa bisa membuat keputusan sebesar itu tanpa pikir panjang?

"Ceroboh, ceroboh, ceroboh!!" Salsa menjambak rambutnya sendiri merasa frustasi.

Kalau sudah begini, apa yang harus ia lakukan?

Tok! Tok! Tok!

"Sa, buka pintunya!"

Salsa terpelanjat begitu mendengar suara Bunda memanggilnya dari balik pintu kamar.

"Iya, Bun, sebentar!" Jawab Salsa parau.

Gadis yang masih mengenakan piyama itu segera merapikan sedikit tatanan rambutnya yang acak-acakan. Lalu sambil berjalan ke arah pintu, Salsa mengambil beberapa lembar tisu basah dari meja rias, Salsa belum cuci muka omong-omong.

"Ada apa, Bun?" Tanya Salsa yang nyembulin mukanya doang dari balik pintu kamar.

"Itu ada Dimas di bawah."

Nah kan, Dimas lagi.

"Mau apa sih, Bun? Udah, bilangin aja Salsa lagi capek, mau istirahat." Keluh Salsa beralibi.

"Loh, kok istirahat, kalian kan hari ini harus bagi-bagi undangan." Jelas Bunda lagi.

Kening gadis itu berkerut heran.

"Undangan apa?"

"Undangan pernikahan lah,"

Alamak, pernikahan pula!

"Pernikahan apa, sih, Bun? Orang lamarannya juga baru kemarin, masa lama kali nikahnya, udah bagi-bagi undangan aja." Salsa mengeluh.

"Masih lama gimana? Kan pernikahan kalian cuma tinggal dua hari lagi." Jawab Bunda yang sontak membuat kedua mata Salsa membola.

"DUA HARI?!"




•oOo•

Di tengah cuaca cukup terik, mobil berwarna abu tua itu melaju dengan kecepatan lamban. Jalanan ibukota yang lumayan padat membuat mereka tidak menjalankan kendaraan dengan leluasa.

Keduanya—Dimas dan Salsa baru saja pulang dari kediaman keluarga Dimas, paman atau hanya saudara jauh Salsa tidak begitu tahu. Sekarang, Salsa mau jalan ke cafe tempat dia janjian sama temen-temennya buat kasih undangan ke mereka.

"Muka kamu kenapa?" Dimas bertanya pada gadis di sampingnya yang sedari tadi memasang wajah masam.

"Gak papa." Salsa menjawab ketus.

"Kamu nyesel terima lamaran saya?" Dimas menebak.

"Gak tau." Jawab Salsa seraya membuang muka.

"Kenapa gak tau?"

"Ck, gak tau!" Kesal Salsa.

Tapi sayangnya, Dimas cukup peka. Dari awal perjalanan mereka sampai sekarang, ekspresi wajah Salsa dan jawaban ketusnya tadi sudah cukup menjelaskan jika gadis itu memang menyesali jawaban yang ia berikan kemarin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mr. Dosen, Help Me Hijrah!Where stories live. Discover now