1. Begin

20 11 12
                                    



Suara gemuruh langkah kaki seseorang membuatnya mempercepat langkahnya. Disertai dengan napas yang semakin menipis, gadis itu terus saja berlari secepat yang dia bisa.

Peluh di keningnya menetes semakin banyak. Kemudian berbelok sesaat dia menolehkan wajahnya dan mendapati dua orang pria yang masih saja mengejarnya tanpa henti.

Hari ini, semesta seakan tidak berpihak padanya. Malam terlihat lebih gelap dari yang dia duga. Terasa sunyi tanpa suara. Hanya ada suara semilir angin yang terus berterbangan tak henti-henti.

Semakin tergesa, seakan tak ada harapan. Hatinya terus menyebut segala macam doa yang dia bisa. Rambut pirangnya kini terombang-ambing bagaikan ombak saat tergulung angin.

"Sialan!" Umpatnya saat mendapati kedua pria tersebut masih saja mencoba mengejarnya.

Netra terangnya kini mendapati sesuatu yang tidak dia sangka-sangka. Bagaikan sebuah pelita di tengah kegelapan yang dapat membuatnya terselamatkan, gadis itu berlari semakik cepat menuju pada sekelompok pemuda yang sedang berbincang di depan sebuah ruko.

Brak!

Tak tanggung-tanggung, gadis itu mendobrak meja tempat dimana para pemuda tersebut bercengkrama.

Sontak, para pemuda tersebut terkejut secara bersamaan. Mata mereka menajam seakan tengah diasah. Menatap pada gadis berambut pirang yang kini berada di antara mereka tanpa ijin yang ada.

"Gue pinjam duit dong!" Teriaknya tanpa tahu malu.

Salah seorang pemuda dengan nametag bertuliskan Esteve melangkah mendekat. Wajahnya yang tampan namun terlihat sombong berhasil mencuri perhatian gadis berambut pirang tersebut.

"Dateng-dateng minjem duit. Siapa lo?" Sinis pemuda tersebut.

"S-siapa aja. Pacar lo juga gak apa-apa, asli. Ki-kita satu sekolahan. Pasti nanti gue ganti. Gue gak akan kabur kok. Seriusan den, gak bohong!" Teriak gadis berambut pirang tersebut. Dia mengangkat jarinya yang sudah membentuk huruf V, seakan menjadi simbolis sebuah janji.

"Tau aja lo kalau gue orang kaya. Sebenarnya sih gue gak masalah ya pinjamin lo duit berapapun. Secara uang saku gue sehari bisa sampai tiga puluh juta lebih. Tapi, masalahnya gue gak kenal sama lo. Terus gak ada jaminannya juga." Gadis berambut pirang tersebut membeku.

Napas yang tadinya tak teratur mendadak berhenti sejenak. Apa telinga nya salah mendengar? Atau dia sedang bermimpi bertemu dengan seorang pria yang sangat sombong? Rasanya, ini seperti tidak nyata untuk gadis itu.

"Ya... gue kepepet. Jadi pinjem—" kalimat gadis itu terpotong seketika saat melihat dua orang pria yang mengejarnya kini sudah ada tepat di depan matanya.

"Udah deh, lebih baik kamu menyerah saja, Ester! Cepat! Bayar hutang kakak kamu atau jadi pembantu di rumah Tuan saya." Ujar seorang pria dengan perawakannya yang besar dan wajahnya yang terlihat cukup menyeramkan.

Cattleya Ester, nama gadis berambut pirang tersebut. Wajahnya yang rupawan dan netra berwarna hijau yang gadis itu miliki membuatnya seringkali disebut sebagai 'bule lokal'.

"Pinjemin gue duit, tolong banget... kita satu sekolah. Riverbey Collage High School 'kan? Gue sekolah di situ. Serius, gak bohong." Ester masih mencoba meyakinkan pemuda yang tadi menyombongkan uang sakunya.

Esteve menelisik penampilan Ester dari atas sampai bawah. Dia tidak pernah melihat gadis itu di sekolahnya.

"Oh, lo bule lokal ya?" Sahut salah seorang teman dari Esteve.

"Iya! Tuh 'kan, gue sekolah di situ juga. Pasti gue ganti. Lagian gue minjem duitnya gak banyak kok. Cuman sekitar lima belas juta." Ester memohon. Nada bicaranya dia buat semenyedihkan mungkin. Berharap, pintu hati mereka dapat terbuka.

"Gue gak ada kalau segitu. Esteve nih, banyak duitnya." Sahut teman Esteve yang lainnya.

Ditatapnya Esteve dengan mata yang berbinar penuh harapan. Dalam hati, Ester berdoa agar Tuhan setidaknya dapat mengetuk pintu hati Esteve. Setidaknya, hari ini saja dia tidak lagi dikejar-kejar oleh rintenir yang selalu saja menagih hutang kakaknya kepada dia.

"Oke. Lima belas juta sih buat gue simpel banget ya. Itu sih uang jajajn gue setengah hari doang. Tapi... ada syaratnya." Kata Esteve.

Ester berjanji akan mengabulkan apapun syarat yang diberikan Esteve padanya nanti. "Apapun itu akan gue kabulin. Seriusan deh gak bohong." Balas Ester.

"Pertama, gue minta nomor WhatsApp lo dulu. Setelah itu, gue kirimin syaratnya lewat chat." Jawab Esteve disertai seringai dinginnya.

——————————

Ini cerita kedua aku di Wp. Semoga kalian tertarik sama cerita aku satu ini. Akan aku usahain buat update dua hari sekali. Terima kasih❤️❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IlfeelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang