DEAN |08

5.5K 455 39
                                    

Happy Reading!

Hari ini Putri kedatangan tamu lagi. Tamu itu adalah Naren dan juga Nana. Masih ingat mereka? Naren adalah mantan bosnya di caffe, sedangkan Nana adalah teman kerjanya.

"Maaf saya baru tahu kalau kamu sakit, jadi saya baru datang sekarang." Ujar Naren dengan wajah menyesal.

Putri tersenyum kikuk, "tidak apa-apa Pak." Sautnya.

"Tetap saja, saya merasa bersalah. Bagaimana juga, saya pernah menjadi atasan kamu. Seharusnya saya menjaga kamu dengan baik." Ujar Naren lagi. Nana yang berdiri di belakang laki-laki itu mencibir pelan. Menjaga apanya?! Makin aneh bapak Naren ini, ck!

"Gak papa Pak, lagian Bapak bukan siapa-siapa saya. Jadi gak harus menjaga saya." Saut Putri savage. Deep sekali bestie.

Nana yang mendengar itu menahan tawanya. Sedangkan Dean menatap dingin kearah Naren.

Naren mengusap tengkuknya kikuk, "ah lupakan. Kalau boleh tau kenapa kamu bisa masuk rumah sakit?" Tanyanya.

"Owh, saya asal makan jajanan Pak. Jadi lambungnya ga cocok sama makanannya. Atau gimana gitu, jadinya sakit deh." Jawab Putri santai.

"Makanya makan tuh yang sehat-sehat aja lo Put. Nyahok kan lo kalau sakit gini." Omel Nana, ikut menimbrung.

"Yakan khilaf Na, abisnya jajanannya keliatan enak sih." Ujar Putri.

"Kelihatan enak, belum tentu sehat Putri." Ujar Naren lembut.

Laki-laki berumur sekitar 24 tahun itu sepertinya menaruh rasa kepada Putri. Dari tatapannya, Dean bisa menyimpulkan kalau laki-laki itu menyukai Putri. Ck, sialan.

"Hehe." Putri menyengir mendengar ucapan Naren.

"Saya bawa buah-buahan, sereal dan susu. Semoga bermanfaat ya." Ujar Naren sembari meletakkan barang bawaannya.

Tadi sebelum kesini, Naren belanja di supermarket untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Disitu juga Naren bertemu Nana yang juga sedang berbelanja buah tangan untuk Putri. Dari situ juga, Naren tahu kalau Putri dirawat di Rumah Sakit. Alhasil laki-laki itu ikut menjenguk Putri.

"Terimakasih Pak, maaf merepotkan Bapak." Ujar Putri merasa tak enak.

"Ah, tidak masalah. Asalkan itu untuk kamu." Suat Naren lembut sambil mengusap rambut Putri.

Putri membeku. Lalu melirik kearah Dean yang menatap Naren tajam.

'Kayaknya bakal ada perang.' Batin Nana yang merasakan hawa dingin dan menusuk di sekitarnya.

"Tolong jangan lancang." Ujar Dean sambil menepis tangan Naren.

Naren mengangkat satu alisnya, "siapa yang kamu sebut lancang?" Tanyanya.

"Anda! Apakah sopan memegang kepala orang seperti itu? Terlebih anda adalah mantan atasan Putri." Ujar Dean datar.

"So, why? No one banned a boss to do this to his employees." Saut Naren dengan nada sinis.

"It looks like you forgot if Putri is no longer your employee." Saut Dean sinis.

"Kenapa kamu mempermasalahkannya? Lagi pula Putri juga tidak memprotes." Ujar Naren.

Dean mengepalkan tangannya, "dia mungkin merasa tidak enak pada anda. Jadi andalah yang seharusnya tahu diri." Ujar Dean dingin.

"Wait wait, saya? Kenapa bicara anda sangat melenceng?" Tanya Naren heran sekaligus kesal. Apa salahnya jika dirinya mengusap kepala Putri.

DEANWhere stories live. Discover now