Chapter 04

24.2K 1K 111
                                    

“Mmmppphhh..”

Tangan kanan Soobin yang menganggur itu kini naik ke tengkuk Yeonjun. Sambil terus mengimbangi ciuman sang dominan, jemarinya tak tinggal diam merambati daun telinga lalu menjambak rambut hitam itu dengan sensual.

Keduanya masih di sofa hanya saja posisinya sudah berbeda, bukan duduk bersisian lagi tapi kini sudah next level menjadi tindih-tindihan. Soobin masih berpakaian lengkap, tapi tidak dengan Yeonjun yang kaos dan kemejanya sudah teronggok nista di atas lantai.

Bibir yang awalnya berpagutan itu terlepas, dan jamahan Yeonjun kini berpindah ke leher putih yang menggiurkan itu. Soobin juga melakukan hal yang sama, ia mengusel di ceruk leher Yeonjun dan entah sadar atau tidak malah membuat kissmark. Kebablasan, padahal awalnya hanya jilat-jilat saja karena aroma parfum Yeonjun tercium sangat manis dan segar.

Memang ya, kalau nafsu sudah menguasai jatuhnya kewarasan juga akan ikut menipis. Buktinya mereka berdua kini dalam keadaan sadar, maksudnya tanpa pengaruh obat, tapi tetap saja lupa daratan dan lupa akan status masing-masing.

“A-aaahh..” Soobin melemas sekujur badan karena Yeonjun mengulum daun telinganya, ia sibuk mendesah hingga akhirnya melotot horor saat merasakan tangan Yeonjun menurunkan resleting celananya.

“Yeonjun, jangan!” seolah ditarik paksa kembali ke dunia, dalam sekejap mata Soobin mendapatkan kembali akal sehatnya.

Yeonjun yang bingung kenapa tiba-tiba dadanya didorong keras itu menyudahi aksinya. “Kenapa?” tanyanya dengan posisi tetap mengungkung Soobin.

“J-jangan begini. Ini hal yang salah.”

Oh, Soobin benar-benar waras sepertinya sekarang. Tapi reaksi yang ditunjukan Yeonjun justru malah menaikkan sebelah alisnya heran.

“Kau yakin dengan kata-katamu barusan?”

“Tentu saja! Kita berdua itu teman, tak seharusnya kita melakukan hal seperti ini.”

Tatapan keduanya terkunci beberapa saat, sampai akhirnya Yeonjun malah mengeluarkan kekehannya. “Kau mengatakan hal itu tapi––” ia kembali merunduk lalu berbisik di telinga Soobin.

“––tapi posisi tangan kirimu sudah berada di dalam celana dalamku dari tadi.”

Soobin membola, ia langsung melirik ke bawah dan seketika itu pula ingin tenggelam di rawa-rawa bersama anakonda saja rasanya. Apa yang dibilang Yeonjun memang begitu adanya, tangannya sudah menyusup dan memegang sesuatu yang rasanya masih loyo di sana. Sial, bisa-bisanya ia tidak sadar.

Sembari merutuk dalam hati Soobin mencoba mencabut tangannya, tapi Yeonjun yang wajahnya sudah sayu itu malah menahannya.

“Sssttt.. Tak perlu dicabut. Elus saja kalau mau, nanti juga bangun sendiri.”

Soobin membuang pandangannya malu, tapi tetap saja tangannya melakukan apa yang diminta Yeonjun barusan. Jujur, saat ini ia sedang berperang dengan batinnya sendiri. Ini hal yang salah, tapi sebagai manusia yang memiliki hawa nafsu dan tak luput dari godaan setan, jujur saja ia ingin sekali mengulangi dosa semalam.

“Ucapan yang terlontar dan kelakuan tangan tidak sinkron.” Yeonjun masih mentertawakan Soobin lalu mencium pipinya gemas seperti mencium pipi pacar.

Soobin menatap sengit manusia tampan di atasnya ini. “Tapi kita berdua itu teman, Yeonjun!” otak masih berusaha waras tapi tangan malah semakin liar, plin-plan sekali memang.

“Teman macam apa yang mainannya ajep-ajep indehoy indegarden en deflay ngeflay tudeskay begini?!”

“Astaga kosakatamu, Soobin.”

Oops! || YeonBin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang