Chapter 24. Tentang Luka

606 109 121
                                    

Hmm, minor edit :)
Hehe
/kabuuur/







.....
Menempati bangku perpustakaan yang biasa jadi base camp saat les fisika, kali ini Seungmin membawa buku akuntansi sebagai gantinya. Bukan lagi Minho yang menjadi tutor tapi teman sebangku alias Jisung.

Kelas mereka sedang kosong tapi guru tercinta memberi tugas. Walaupun tugas tidak perlu dikumpulkan hari ini juga, Seungmin menyeret Jisung untuk sekalian mengajarinya. Dan inilah tempat yang dipilih dan dirasa cocok untuk terdampar daripada kelas yang bising.

"Ini bener gak?"

Seungmin menggeser buku miliknya sementara Jisung hanya perlu melihat sekilas, "Salah."

Menghapus kemudian menghitung ulang, ini percobaan kedua Seungmin, "Gimana?"

Jisung menguap tapi masih memperhatikan, "Net not."

Lebih hati-hati lagi dalam mengeksekusi soal, Seungmin yakin dia sudah melakukan step by step dengan benar.

"Salah."

"Arghhh."

Kunci dari perhitungan akuntansi: setitik kesalahan yang dilakukan akan mempengaruhi hasil akhir. Dalam permainan, konsep ini sama seperti konsep jibeh alias beunang hiji beunang kabeh (kena satu kena semua). Satu step salah maka step selanjutnya akan hancur dan secara otomatis, hasil akhir juga salah.

Sedari tadi, Jisung memang hanya melihat hasil akhirnya saja. Dia membiarkan Seungmin untuk menemukan letak kesalahannya sendiri tapi tidak berhasil. Jadi sekarang telunjuknya mengarah ke salah satu formula, "Nih, dari sini."

"Ini? Ini yang salah? Udah bener kok."

"Yakin? 2x3 berapa?"

"5."

"2x3 berapa?"

"5!"

"Wid." Jisung menggaruk pipi, "Liat yaaa. Ini ada dua, terus ada kali, terus ada tiga. Berapa hasilnya?"

"Ya limalah! Kan--"

":)"

Mulut Seungmin membentuk huruf O yang besar sebelum nyengir karena malu, "Hehe, salah ya Widya? Ini tanda kali mirip sama plus soalnya."

"Untung kenal Wid, kalo enggak, udah aku gimanain."

Setelah insiden 2x3 selesai, tugas Seungmin sudah siap. Jisung menelungkupkan tangan di atas meja dan menidurkan kepala di atasnya.

"Hoamm, ngantuk. Mau tidur dulu. Bangunin kalo udah istirahat."

"Hmm, selamat bobo pagi tupai."

Ditinggal tidur, Seungmin mengeluarkan handphone dan mencari sambungan internet milik perpustakaan sebagai upaya menghemat kuota. Menonton video di yutub menjadi pilihan.

Drrt

Aplikasi menonton belum dibuka, Seungmin mendapat notifikasi pesan.

Ludic
Beb, lagi ada guru gak?

"Hmm?"

Widya
Enggak ada, kenapa?

Ludic
Bisa ke uks sebentar?

Mencolek pipi Jisung, Seungmin berpesan ketika mata teman sebangkunya terbuka walau sedikit, "Widya mau ke toilet dulu ya?"

"Hng? Hmm."

Dalam perjalanan menuju unit kesehatan, kaki Seungmin melangkah lebih lebar. Bayang-bayang luka itu memenuhi kepalanya saat ini.

Sampai di depan pintu tempat yang dituju, dia menstabilkan napas terlebih dahulu. Kemudian bagian kecil dari kepalanya memperingati apakah dia tidak akan mundur dan kabur? Bukankah dia sendiri yang bilang tidak tahu harus bagaimana saat menghadapi Chan pasca mengetahui perasaan orang itu?

LIBENA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang