Consequence

1.2K 285 5
                                    

[Author's POV]

Tok! Tok! Tok!

Tanpa menunggu izin dari guru yang sedang mengajar di dalam, dokter wanita itu langsung masuk ke dalam kelas yang bertuliskan '11-B'.

"Eh? Dokter Seline? Kenapa anda-" belum sempat guru itu menyelesaikan kalimatnya, dokter Seline sudah berlari menghampiri guru itu. "Yang mana yang namanya Valerie?!"

Melihat Dokter Seline yang terlihat terburu-buru, guru itu langsung menunjuk seorang perempuan berambut cokelat yang sedang duduk santai di bangku paling belakang.

Tak menunggu lama lagi, dokter itu berlari menghampiri Valerie. Tentunya disertai pandangan heran dari siswa-siswi yang lain. Beruntungnya, Dokter Seline sempat mencopot jas putihnya yang sudah terkena noda darah tadi, agar tak menimbulkan keributan.

BRAKK!

Valerie yang sedang menulis catatannya dengan damai, terlonjak kaget. Mejanya dipukul keras.

Valerie mengadah, melihat seorang yang ia tahu adalah pengurus ruang kesehatan, menatapnya panik dengan keringat bercucuran.

"Eeee... ke-kenapa ya, Bu?" Valerie masih terpelanga kebingungan.

Seline langsung mendekatkan bibirnya dengan telinga perempuan itu, "Anak perempuan yang bernama Kimberly, pingsan dengan banyak pendarahan. Cepat ikut saya." bisik Seline.

Tak sampai sedetik, Valerie langsung bangun dari kursinya, dengan wajah panik, ia melirik Ruby yang sedang memerhatikannya dari jauh dengan alis bertaut keheranan. Kemudian Valerie memberi kode gerakan tubuh seperti tanda untuk mengajak Ruby keluar kelas sekarang juga.

Ruby pun bergerak cepat menanggapinya, walau ia tak mengerti apa yang terjadi, tapi ia tetap berlari keluar kelas bersama dokter Seline dan Valerie.

"Terima kasih, Bu." ujar dokter Seline sesaat sebelum menutup pintu kelas itu rapat-rapat. Lalu pergi bersama kedua perempuan itu.

"Kenapa Val?!" tanya Ruby begitu mereka sudah berada di koridor depan kelas.

"Kimberly pendarahan." ujar Valerie singkat, membuat Ruby menutup mulutnya kaget.

Kemudian Valerie mengalihkan pandangannya pada Seline. "Sekarang dimana dia, Dok?!"

"Saya gak tahu, Nak. Tadi Kimberly dibawa nak Ace ke rumah sakit terdekat katanya, lebih baik kalian langsung ke sana!" ujar dokter Seline khawatir sekaligus panik.

Valerie menyernyit. Begitu pun Ruby.

"Ace..?"

Ruby menoleh pada Valerie, "Kok bisa ada Kak Ace?" tanyanya pelan pada Valerie.

Namun pertanyaan itu diabaikan oleh Valerie, "Oke. Terima kasih ya, Dok!" ujarnya, kemudian kembali berjalan cepat.

Ruby mengikutinya, "Valerie! Kamu mau kemana?!"

Valerie tetap berjalan cepat... lama-kelamaan, ia mulai berlari. Sepersekian detik kemudian, ia menyalakan earzoom-nya.

"Zav! Rylan! Cepat keluar kelas! Kita akan berpencar mencari Kimberly di seluruh rumah sakit terdekat dari sekolah ini, SEKARANG JUGA!" Valerie mematikan earzoom-nya. Menghindari pertanyaan-pertanyaan dari kedua lelaki itu. Intinya, tak usah bertanya dulu untuk sekarang... cari saja!

Valerie menoleh pada Ruby yang masih menyernyit bingung. "Kita ke parkiran, By! Kita cari Kimberly sekarang!"

Untuk kegesitan dalam menghadapi situasi, Valerie memang pemenangnya. Dari dulu.

AGENT 2: The Parallel DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang