8. Nadia

19 20 1
                                    

"Kak Ilham!!...kamu udah berhasil selametin cewek itu?" Teriak seorang gadis dari balik rerimbunan semak belukar di depan mereka. Anak perempuan itu berhenti saat melihat pria berambut cokelat itu menggendong Nadia.

"Sudah, ajak yang lainnya pulang!" Ucap pria itu lalu di balas anggukan kepala oleh anak perempuan itu. "Siapa mereka?" Tanya Nadia agak ragu. "Adik kelasku...oh ya kita belum kenalan, siapa namamu?" Tanya pria berambut coklat itu dengan lembut pada Nadia.

"A..aku, Nadia Ervina Irawan....kamu panggil aja Nadia" ucap Nadia agak tertunduk. "Oke, Nadia...kenalin aku Ilham, Ilham Ramadhan salam kenal ya" kata Ilham sambil tersenyum manis pada Nadia.

"Maaf ya Nad, aku gak bisa antar kamu sekarang" kata Ilham agak sedikit merasa bersalah. "Gak apa-apa kok. Makasih ya kamu udah selametin aku" ucap Nadia terlihat malu-malu.

Tak lama kemudian terlihat beberapa cahay dari lentera. Dan suara gamelan Jawa yang di iringi dengan shalawatan. [Sholatullah..shala Mullah...ala tha rosullilaaah...] Ya begitulah.

Dan ada beberapa suara teriakan ceria dari anak-anak kecil yang bermain. [Cublak cublak suweng...suwenge tenggelenter... ha-ha-ha] karena penasaran Nadia mengangkat kepalanya yang awalnya bersandar di dada bidang ilham.

"Kita di mana am?" Tanya Nadia agak heran. Dia melihat tempat itu. Dia meliahat tempat yang ramai dengan banyak muda mudi memakai pakaian seperti Ilham dan teman perempuannya tadi.

Tak lama seorang wanita paruh baya dengan pakaian syar'i berwarna putih menghampiri Ilham dan Nadia.

"Gimana? Kalian gak apa-apa kan?" Katanya. "Alhamdulillah, berkat do'a dari umi kami selamat umi" kata Ilham sambil tersenyum. "Alhamdulillah, ayo sini masuk kamu pasti capek. Kasian juga dia" ucap seorang pria paruh baya dari dalam rumah kayu itu juga.

"Iya Abi..." Kata Ilham lalu membawa Nadia masuk kerumah kayu yang besar itu. Di dalam rumah banyak sekali muda mudi yang sudah berkumpul disana lengkap dengan alat shalat nya.

Terdengar mereka berbisik-bisik ria sambil melihat kerah Nadia dan Ilham. Karena merasa tak nyaman dengan tatapan penghuni tempat itu, Nadia menyembunyikan wajahnya di balik pelukan Ilham.

Saat Nadia menyembunyikan wajahnya ke pelukan Ilham. Seketika tak hanya satu orang yang melihat dengan tatapan tak suka. Tapi makin banyak bisik-bisik dari mulut mereka. "Nadia, gak baik laki-laki dan perempuan terlalu dekat" bisik Ilham yang tak terdengar siapapun selain Nadia dan tuhan beserta author 😉

"Ma- maaf, aku gak bermaksud...a-a-aku malu.." ucap Nadia di sertai pipinya yang memerah. Karena tingkah Nadia, Ilham jadi ingin terbahak bahak. Tapi, dia akan menahannya untuk sekarang. "Ya udah, kalo malu.... pura-pura pingsan aja" kata Ilham sambil cekikikan.

"Kamu gila ya! Mana bisa aku pura-pura pingsan!" Ucap Nadia sedikitdi tekan. Dia terlihat jengkel dengan Ilham yang malah mengolok-olok dirinya.

"Nad, diam...udah mau sampe kamar" kata Ilham yang mulai merasa lengannya pegal-pegal karena menekuk dari tadi. "Kamu! Kamu gak sekamar sama aku kan!" Ucap Nadia sepontan tanpa sadar. Mendengar perkataan Nadia, Ilham tak tahan ingin tertawa. "Pftt...Nad, kamu mau sekamar sama aku?" Dengan sedikit tertawa, Ilham malah bertanya sesuatu yang tak pernah di harapkan Nadia.

"Ilham! Maksud kamu apa!" Tanpa sadar tiba-tiba Nadia memekik sangat keras hingga banyak santri yang mendengarnya. Bahkan umi dan Abi Ilham pun mendengarnya. "Nad! Jangan keras-keras!.." kata Ilham di tekan dan menggendong Nadia dengan pelukannya yang semakin de tekan.

Karena merasa tak dapat bergerak, Nadia pun berbisik lagi. "Iya-iya maaf, udah aku gak bisa nafas ilaham!" Kata Nadia sambil terus melotot ke arah Ilham.

aku bisa melihat muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang