0.1 : Linjur hidup Yasmin

27 5 11
                                    

Ayah Patih mondar-mandir dengan kumis tegang, setelah melihat nilai rapor putri semata wayangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayah Patih mondar-mandir dengan kumis tegang, setelah melihat nilai rapor putri semata wayangnya. Jelek tidak, bagus pun bukan.

"Ndhuk, kamu mau kuliah?" tanya Patih lembut.

Yasmin menggeleng tanpa memandang mata Patih, bukan takut melainkan sungkan. Walau dalam hati ingin ia menempuh pendidikan dokter, tapi ia paham, orangtuanya tidak akan mampu untuk menyekolahkan dia lebih tinggi lagi.

"Mboten, Yasmin mau kerja aja."

Keputusan itulah yang membawanya ke stasiun kereta malam ini, dengan tiket menuju Jakarta.

🐥🐥🐥

Huft...
Hanya helaan nafas gelisah yang keluar dari mulut Yasmin semenjak di kereta. Bagaimana tidak? Hidupnya setahun belakangan kocar kacir gara-gara covid-19.

"Kenapa guru BK pada resign? Kenapa juga ibu beli paket ruang guru buat ujian mandiri? Katanya lulus SMK langsung kerja..." Yasmin cemberut, memajukan bibirnya sampai menyentuh kaca jendela yang dingin.

Alamat yang dia tuju adalah alamat ibu tirinya, Bunda Putih. Beliau hidup bersama suami barunya di komplek perumahan Griya Tawang, yang konon katanya banyak tetangga julid.

Yasmin memandangi satu rumah yang amat besar, seperti kantor bupati saja kalau dipikir-pikir.

"Neng, rumahnya nomor berapa?" tanya mang supir taksi padanya.

"Ah, anu, nomer 94 pak," jawab Yasmin gelagapan.

"Ohh, oke neng, betewe eneng teh asli mana?" tanya mang supir tersenyum akrab.

"Saya Kediri pak,"

"Ohh, saya mah asli Madura,"

Asli Madura tapi logat Solo, mamang mau nipu Yasmin ya? Tapi pertanyaan konyol itu langsung berganti.

"Pak, rumah itu besar banget? Disini ada residensi sendiri ya?" tunjuk Yasmin ke rumah super gede yang seolah jadi markas bos besar gangster rumah lain.

"Bukan neng, itu rumah induk keluarga Abimanyu, kalo lagi lebaran biasanya penuh, kalo sekarang ya sepi," jawab mamang membuat Yasmin membulatkan mulutnya.

Bak tersihir ornamen khas Belanda lawas disana, Yasmin terus memaku matanya ke rumah itu. Membayangkan siapa yang ada didalamnya.

"Kata ibu, rumah bagus akhlak minus,"

🐥🐥🐥

Pelukan hangat menyambut Yasmin saat sampai, seulas senyum dan bulan sabit yang terbentuk di mata Bunda Putih membuatnya merasa di rumahnya sendiri.

Nona AyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang