23. Decision

2.3K 360 43
                                    

Gadis berponi itu kini tampak menatap lekat saudarinya yang datang sambil membawa sarapan. Mengamatinya heran, dengan kening yang mengerut.

"Kau tidak sekolah, chaeng-ah?"

"Ani, aku ingin menemani mu hari ini." Lisa menggeleng cepat.
Dia senang jika Chaeyoung ada disini bersamanya, tapi tetap saja keputusan saudarinya ini akan menimbulkan masalah nantinya.

"Sebaiknya kau pergi ke sekolah. Aku tidak mau kau ketinggalan materi pembelajaran dan di marahi---"

"Siapa yang berani memarahiku? Appa? Eomma? Sudahlah, tidak akan ada yang marah padaku termasuk nenek. Jadi kau jangan cemas," Lisa memilih diam.

Dia tahu betul bahwa sekarang Chaeyoung sedang kesal padanya. Terlihat jelas dari raut wajah gadis blonde itu. Jika Lisa menjawab lagi, bisa-bisa akan terjadi perang mulut di pagi hari.

"Buka mulut mu."

"Mwo?"

"Apa kau tidak ingin makan? Aku akan menyuapi mu, jadi buka mulut mu sekarang." Dengan patuh Lisa pun mengikuti ucapan Chaeyoung.

Sebenarnya dia juga bisa makan sendiri, tapi kalau menolak Chaeyoung akan terus memaksanya. Jadi sekarang Lisa akan membiarkan saudarinya itu melakukan apa yang dia mau. Dengan begitu, mungkin Chaeyoung tak akan marah lagi padanya.

"Ugh, sudah cukup. Aku tidak bisa memakannya lagi."

"Waeyo? Bahkan kau belum menghabiskan setengah dari sarapan mu."

"Aku tetap tidak mau," Lisa terus mengelak saat Chaeyoung ingin menyuapi nya lagi.
Gadis berponi itu paling tidak suka makanan rumah sakit. Sangat tidak enak menurut nya.

Mau tidak mau Chaeyoung pun berhenti menyuapi Lisa. Adiknya itu memang sangat keras kepala, padahal dia baru saja bangun setelah pingsan kemarin. Jadi Lisa harus makan yang banyak, tapi kesalnya dia selalu saja menolak.

"Makanya jangan sakit. Kau tahu betapa panik nya aku waktu itu?" Chaeyoung berujar lirih.

Bahkan ingatan buruk tentang malam itu saja masih membayangi Chaeyoung sampai sekarang. Melihat kondisi Lisa yang berantakan, juga darah yang hampir mengotori semua baju nya saat itu.

Chaeyoung takut bila terjadi sesuatu yang buruk pada Lisa. Dia tak akan bisa menerima nya. Tapi syukur lah saudarinya itu baik-baik saja sekarang.

"Aku kan sudah bilang, mengeluh saja kalau kau merasa sakit, Lisa. Jantung ku rasanya ingin keluar saat melihatmu yang tiba-tiba jatuh pingsan malam itu. Aku takut," lirihan Chaeyoung membuat Lisa terenyuh. Merasa begitu bersalah, karena sudah membuat saudarinya khawatir.

Ia juga tidak menyangka akan begitu akhirnya. Lisa pikir dia bisa bertahan, tapi ujung nya dia tumbang juga.

Tapi seperti nya kejadian ini tidak terlalu buruk. Karenanya, hubungan Lisa dan Chaeyoung makin dekat seperti sekarang. Dan satu hal lagi yang pasti, kedua orang tuanya makin perhatian. Ya, walau memang sangat terlambat untuk mereka melakukan nya.

"Miane, Chaeng-ah. Aku hanya tidak ingin membuat mu khawatir. Tapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya."

Chaeyoung menatap Lisa sendu. Selalu saja seperti ini. Padahal akan lebih tenang untuk nya jika Lisa mengeluh atau manja padanya. Tapi seperti nya sulit, karena Lisa benar-benar susah untuk mengungkapkan isi hatinya.

Namun setidaknya, ini lebih baik. Tidak seperti dulu, sekarang Lisa tak lagi bersikap dingin dan mau berbicara banyak. Itu saja sudah cukup.

. . . .

Shine With You[End]✔Where stories live. Discover now