Tanda Titik Dua

7 3 0
                                    

Hal-hal yang harus dilakukan hari ini: meminum cokelat panas, bermain tic-tac-toe, dan apa pun itu yang menyenangkan.

Familier dengan tanda baca di atas? Benar, itu dia si anak kandung yang dianaktirikan oleh keluarga Tanda Baca. Bagaimana perjalanan hidupnya? Silakan masuk ke Geladak Menulis, bab Tanda Titik Dua.

Tanda Titik Dua (:)

Sebagai seorang penulis atau pengarang, tanda titik dua seolah tidak berguna. Alasannya sederhana, sebab tanda baca ini tidak begitu umum dalam penulisan novel maupun teks nonformal. Namun, ada beberapa penulis yang masih menggunakan tanda titik dua untuk menggantikan beberapa kata pada kalimat dalam tulisannya.

Aneh? Tidak. Memang itu guna dari tanda titik dua. Sedihnya, tanda baca ini memang ... sering ditelantarkan karena penggunaannya yang cukup membingungkan.

1. Akhir Pernyataan yang Diikuti Pemerincian

Seperti daftar apa yang harus dilakukan hari ini pada awalan bab ini. Penulisan tanda titik dua harus nempel dengan kata sebelumnya.

Contoh:

Bahan-bahan yang harus disiapkan: tepung terigu, gula pasir, segelas air, dan cuka.

Apa jurus ini bisa dipakai pada penulisan cerita fiksi? Sangat bisa. Meskipun memang penggunaannya akan terasa sedikit aneh, tetapi why not?

Contohnya:

Kristal-kristal itu memiliki tiga warna: hijau, merah, dan jingga.

Kalau kamu cukup mengerti, seharusnya tanda titik pada tahap ini sudah terlihat seperti pengganti kata seperti yaitu, adalah, dan bahkan tanda koma atau tanda titik. Coba bandingkan dengan contoh di bawah.

Kristal-kristal itu memiliki tiga warna, yaitu hijau, merah, dan jingga.

Kristal-kristal itu memiliki tiga warna, hijau, merah, dan jingga.

Semuanya tergantung pada selera.

2. Judul dan Anak Judul

Para penulis, ke sini sebentar. Kamu, kamu, dan kamu yang ingin menuliskan judul spin-off, sekuel, ataupun prekuel dari cerita haruslah mengerti aturan ini dulu.

Mari diulangi lagi, tanda titik harus ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Itu berarti tidak ada spasi atau apa pun di antara mereka. Ini bahasa Indonesia, jangan ikut aturan bahasa negara lain kalau kamu bahkan belum mengerti penggunaan tanda baca ini.

Anak zaman sekarang sulit sekali untuk sadar dari mimpi.

Misalnya:

The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring (ini dalam bentuk film sih, J. R. R. Tolkien)

After Die: Deep to BoBoiBoy's World (Pieris)

Dongeng Antah Berantah: Apa Ya (Deka Anderskor)

Intinya, begitu.

3. Drama, Yes, Naskah Drama

Jika dua aturan di atas mengharuskan kamu untuk menulis tanda titik dua tanpa spasi, maka pada penulisan naskah drama hal itu tidak berlaku. Malah sebaliknya.

Taufan : "Aku ... akan disiksa Monsta!"

Hali : "Mana aku peduli."

Gempa : "Mau bagaimana lagi."

Singkatnya, harus diapit spasi. Hal ini juga berlaku pada pemerincian yang seperti ini:

Penulis : Deka Anderskor

Pengarang : Laksamana Syl

Pembantu : Tojan

Ngomong-ngomong, tolong jangan pernah menulis novel dalam bentuk naskah drama. Seriously, ini novel, novel! Tolong jangan mempermalukan kami yang sudah mengerti ini. Haaah ... kenapa masih ada orang-orang seperti ini, Ya Tuhan.

***

Baiklah, segitu saja dulu. Maaf atas bumbu pedasnya tadi. Deka hanya lelah.

Terima kasih sudah membaca dan selamat ... selamat apa lagi yang harus ditulis di sini.

Geladak MenulisWhere stories live. Discover now