8- Another Level

396 63 10
                                    

🔹️▫️❄▫️☁️▫️❄▫️☁️▫️❄▫️☁️▫️🔹️

Dirimu adalah tokoh utama dalam cerita hidupmu
Dan dirimu bukanlah apa-apa dalam cerita hidup orang lain
Cepatlah tersadar!
Sebelum kau menghancurkan cerita hidupmu sendiri

🔹️▫️☁️▫️❄▫️☁️▫️❄▫️☁️▫️❄▫️🔹️

____

Sebuah ruangan yang tadinya sunyi tak berpehuni itu kini mulai terisi penuh kebisingan dan kegembiraan yang terpatri jelas dengan suasana yang juga mulai ricuh. Langkah-langkah kaki yang terkesan tidak sabaran itu menimbulkan goresan-goresan halus pada lantai yang sebelumnya tanpa goresan lecet sedikitpun.

Kesunyian itu pun mulai tergantikan dengan seruan heboh penuh minat beberapa pemuda yang nampak seperti seorang pidana yang baru saja lepas dari masa penahanan. Berlebihan memang, namun seperti itulah mereka bertindak. Cukup kekanakan, namun termaklumi dengan usia mereka yang tergolong transisi menuju kedewasaan.

Tantanan rapi ruangan itu pun mulai berubah menjadi sedikit berantakan akibat ulah-ulah para siswa yang tak sabaran saling berebut bola atau menarik matras untuk sekadar tiduran, dan lainnya.

Di lain sisi, terdapat juga beberapa siswa yang masih waras, mereka hanya duduk di tempat duduk pinggir ruangan tersebut yang tersusun ala-ala bangku tribun, melirik jengah teman-teman sekelasnya yang terlihat layaknya monyet yang lepas dari kandang.

Oke ini sedikit kasar.

"Yak! Kalian kembalikan semuanya seperti semula, seperti bocah taman kanak-kanak saja!" Seru seseorang dengan tampilan berbeda dan terlihat lebih dewasa, guru, sebuah panggilan untuk pekerjaan yang dilakoninya. Sementara di belakang guru itu, terdapat barisan siswa lainnya yang terlihat bertentangan dengan kelompok siswa sebelumnya.

Rapi, tak urakan.
Sopan, tak berlebihan.
Tenang, tak berisik.

Gambaran umum untuk orang-orang yang tiap bertanya, apa perbedaan kelas unggulan -kelas A- dengan kelas E?

Ini pertama kalinya kedua kelas yang sedikit bertolak belakang itu melakukan kelas olahraga bersama. Hal ini disebabkan oleh salah seorang guru yang biasanya mengajar kelas unggulan tersebut tengah cuti dengan alasan yang tak perlu satu sekolah ketahui.

"Kampungan."

"Yak! Sombong sekali, kan ini pertama kalinya kami mencicipi lapangan indoor ini untuk berolahraga. Biasanya hanya kalian yang mengkorupsinya, cih!" Balas seorang pemuda dengan tangan mengepal.

"Sudahlah, Jisung."

Seperti yang diucapkan pemuda bernama Han Jisung tersebut. Sekolah elite ini memang memiliki tatanan dan aturan yang cukup ketat dan menganak-tirikan beberapa siswa yang menurut mereka cukup kurang dalam hal akademik. Meski kelas E bukanlah kelas terendah dalam tingkatan akademik, masih ada kelas F, namun tetap saja mereka tak dapat mencicipi beberapa fasilitas lebih seperti kelas A.

Bebas menggunakan lapangan indoor tanpa izin dan bebas menggunakan kolam renang yang tersedia kapanpun, di luar kelas olahraga.

Meski hanya beberapa fasilitas itu, namun perbedaan perlakuan itu cukup terasa. Lagi pula kau tidak perlu merasakan teriknya matahari kala melakukan kelas olahraga apabila menggunakan lapangan indoor. Dan jangan lupakan bila musim penghujan, tentu mereka tidak bisa melakukan kelas olahraga dan akan digantikan dengan kelas pelajaran layaknya bidang lainnya. Cukup membosankan dan membingungkan kala guru olahraga menjelaskan sesuatu yang lebih mudah dipahami apabila dipraktikkan.

Cold Bonnie  | NorenminWhere stories live. Discover now