I

667 46 3
                                    

Musim gugur hampir berada di Frolide, Langkahku setengah berjingkat, memasuki perpustakaan Hyancinthia. Tujuanku siang ini, mencari buku yang bisa mendongkrak nilai ujian semesterku besok. Sudah menjadi kebiasaanku membongkar buku-buku referensi, sehari sebelum ujian. Sedikit cukup gila memang, tapi mungkin ini penyakit lamaku tidak baik untuk di tiru.

Kebiasaanku yang lain memilih Hyancinthia sebagai perpus langgananku. Bukan di Lysithea, college ku sendiri. Selain aku bisa cuci mata, sekalian tebar pesona hehe. Aku bisa mendapatkan buku dengan mudah. Tidak berisik atau berebut, seperti di tempatku.

Langkahku berhenti, tepat di depan meja dua pria manis yang bertugas sebagai tenaga administrasi. Ada gurat lelah dimata mereka. Tidak banyak bicara, mereka asyik dengan daftar buku yang ada di depan meja.

"Excuse me , ada buku The Waning of The Middle Ages?"tanyaku hati-hati. kelihatannya si pemilik tubuh yg mempunyai lesung pipi itu tidak mengubrisku. Tapi pria bermata minus di sampingnya, langsung menoleh dan menatapku dalam-dalam

"Bukankah kamu mahasiswa Lysithea?"

"So?"

"Mengapa tidak meminjam di perpustakaan kamu sendiri? Ada jutaan buku di tempatmu yg bisa kamu baca. Mengapa harus disini?"

Aku mengeryitkan dahi, tanda tidak suka. kalau aku mau ke Hyacinthia apa pedulinya? "Tidak adakan larangan bahwa kami tidak boleh meminjam buku di sini?"

Pria manis itu mencopot kacamata yang nyaris melorot dari batang di hidungnya, kelihatannya hidungnya sangat mancung tapi kenapa bisa melorot? Untuk apa aku memikirkan hal yang tidak berguna? Tatapannya tajam, menusuk.

"Bagiku, kamu cukup pintar untuk tidak meminjam buku di sini. Anak-anak Lysithea memang maunya bikin aturan sendiri."

Aku menghembuskan nafas, lelah.
"Come on, jangan bersikap bodoh. Berikan saja buku itu, aku butuh banget!"

"Oke, setidaknya aku tidak sebodoh kamu." tutur pria manis itu lagi sembari mencari nomor buku seperti yang aku minta. "kamu tidak bodoh jika mau menerima ajakanku minum cappuccino di tempat favoritku, tidak jauh dari sini. Sebagai tanda terima kasihku" aku tanpa sadar mengucapkan kalimat tersebut, membuat pria berhidung mancung itu angkat bahu, heran. Tapi akhirnya dia menganggukkan kepalanya menandakan dia setuju.

"Sebentar lagi aku bakal selesai, kamu bisa tunggu di luar" aku mengangguk ketika mendengar ucapannya.

Entah keberanian dari mana membuatku mengajak pria manis yang baru ku kenal, ketempat makan langgananku. Aku menunggunya di luar perpustakaan, kebetulan sekali hari ini jam pulangnya cepat.

 Aku menunggunya di luar perpustakaan, kebetulan sekali hari ini jam pulangnya cepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑺𝒕𝒐𝒓𝒚 - 𝑺𝒖𝒏𝒈𝒋𝒂𝒌𝒆Where stories live. Discover now