CHAPTER 02

84 16 8
                                    

— JUST BE THE PERSON YOU WANT TO BE —

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

— JUST BE THE PERSON YOU WANT TO BE —











ㅤㅤㅤMERASAKAN RAHANGNYA yang kian mengeras, berupaya untuk tetap menahan geram, Jimin arkian terpaksa menyunggingkan senyum sesaat. Andaikan tidak acuh terhadap hakikat bahwa dia harus senantiasa bersikap profesional dalam menjalani pekerjaan, Jimin yakin dia jelas takkan berpikir panjang untuk mendaratkan sejumlah pukulan pada permukaan wajah Jungkook sejak tadi. Menjumpai bagaimana si Jeon yang masih bisa hidup tenang hingga kini seolah dia tidak pernah melakukan dosa buruk di masa lampau dengan tangannya sendiri, Jimin serta-merta mendeteksi tekanan darahnya yang semakin meninggi. Aktivitas yang dilakukan pemuda tersebut terhenti sejenang, jari-jemari menggenggam kuat, reminisensi beroperasi jauh dari kata lambat.

Sudah banyaknya tahun terlewati sejak dia mengalami masa-masa kelam di kala itu. Selama ini, Jimin sudah bertenggang terlampau keras untuk bertahan hidup di tengah-tengah beragamnya sifat dan pemikiran para insan. Dia paham bahwa tidak semua kepala akan bersikap apatis saat menemukan ada yang bertingkah sedikit menyalahi aturan tidak tertulis nan melekat pada lingkungan sejak zaman nenek moyang. Namun, memangnya budaya yang hidup di kalangan masyarakat sekarang ini seluruhnya memiliki kriteria pantas untuk dilestarikan di sepanjang generasi, ya? Jelas tidak, tentu saja. Untuk beberapa saat, Jimin bahkan sempat terpikirkan untuk menyerah pada kehidupannya sendiri sebab ada banyak tuntutan yang terus mengelilingi identitasnya sebagai laki-laki. Menemui seseorang yang dulu pernah membuatnya benci akan predestinasi jelas bukan momen yang diharapkannya untuk terjadi. Terlebih lagi, sejak kapan Jungkook terjun ke dunia model begini? Kenapa bisa? Apa pemuda tersebut sedang menjilat ludahnya sendiri atau bagaimana?

Hampir mencatuk mata bulat si Jeon dengan eyeliner, Jimin menahan diri. Pemuda tersebut arkian melukis corak hitam pada kedua sudut netra Jungkook dengan hati-hati, membaurkan rona merah bata serta denim di bagian kelopak dengan eyeshadow, dan mengaplikasikan mascara pada bulu mata sebagai langkah terakhirnya. Sedikit lagi selesai. Tadinya, Jimin ingin tersenyum lega sembari berteriak sekencang mungkin dalam hati. Namun, mengingat sesi pemotretan majalah kali ini tidak hanya berlangsung dengan satu tema, lelaki tersebut kembali menertawai dirinya sendiri.

"Kamu terlihat semakin cantik," ujar Jungkook tiba-tiba. Dia tersenyum simpul, menatap si lawan bicara dengan lirikan penuh hina. "Cantik sekali sampai aku berpikir kenapa kamu tidak melakukan operasi kelamin saja?"

Jimin mengatupkan rahang. "Bangsat."

"Ya ampun." Jungkook menaikkan satu alis, terkekeh pelan. Tidak ada penyesalan di dalam kedua mata. Rautnya persis kelihatan seperti seorang tahanan yang tidak merasa takut bahkan tatkala dia telah divonis hukuman mati sekali pun. Jimin arkian hanya bisa menghirup napas dalam-dalam kala Jungkook kembali menyambungkan, "Tidak kusangka Jimin yang memiliki sifat kelewat lembut ini bisa mengumpat."

Mengerjap, si Park mengatur pernapasan diam-diam. Dia masih berbaik hati untuk melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda sesaat. Pada waktu yang sama, Jungkook hanya tersenyum simpul ketika Jimin yang serta-merta mengaplikasikan pelembab pada kedua labium tipisnya. Sekilas, seolah ada goresan luka yang kembali basah jauh di lubuk hatinya. Jimin absolut masih amat membenci Jungkook hingga detik ini kendati sekarang pemuda tersebut justru bertingkah seakan tidak pernah terjadi hal buruk di antara mereka. Nyaris mematahkan produk lip balm yang tengah digenggam, Jimin lantas berujar, "Berhenti bicara dan biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku dengan baik, Jeon."

Ikigai ㅡ P.jm ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ