25. Selamat

1.3K 209 14
                                    

"Loh. Gak bareng Dimas?" Anton bertanya ketika Gea menyatakan bahwa menginginkan ayah untuk mengantarnya ke sekolah.

Saat mendengarnya, gadis delapan belas tahun menoleh pada Vivi yang menyibukkan diri memakan sarapan. Seakan tidak perduli dengannya. Sejak menceritakan apa yang terjadi, sang mama langsung marah dan lanjut mendiami.

"Kamu bego, Gea! Gak punya hati, hah? Anak orang baik-baik kamu gituin!"

Kalimat yang paling Gea ingat adalah yang barusan. Saat Vivi berteriak kencang, emosinya terus meledak. Memarahi sang anak habis-habisan.

"Enggak, Pa. Dimas ada urusan, gak masuk."

Selesai menjawab, Gea melihat jelas bagaimana Vivi yang tersenyum sinis ketika mendengar kebohongannya.

Gea masih belum punya nyali untuk menyatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Anton. Beruntung Vivi bukan tipe pengadu.

"Belajar yang bener. Nanti kalo pulang telfon Papa."

Pesan Anton ketika Gea menyaliminya. Gadis tersebut mengangguk, kemudian turun dari mobil. Bergegas masuk ke dalam sekolah.

"Pagi."

Gea langsung tersenyum lebar mendapati Fito yang berdiri di sampingnya. Sama-sama baru datang, di mana sebenarnya Fito memang menunggu kehadiran sang kekasih di parkiran. Sehingga, ketika melihat Gea dari kejauhan telah memasuki sekolah, buru-buru dirinya menyusul.

"Pagi," sahut Gea.

Fito sebenarnya sudah menawarkan diri untuk kembali menjemput seperti dulu. Namun, gadis tersebut menolak dengan alasan masih belum siap jika Anton tahu dia telah berpisah dengan Dimas. Takut akan apa yang menjadi respon Anton saat tahu bahwa Gea baru saja putus dan berboncengan dengan laki-laki yang katanya adalah mantan.

Selain Anton, Gea juga belum siap melihat respon warga sekolah. Takut tentunya. Selama ini orang-orang menganggap dia dan Dimas couple goals. Gea belum siap menjadi bahan gibah ketika orang-orang tahu dirinya dan Fito kembali menjalin hubungan. Walau, Gea pun sudah bisa menebak, tidak lama lagi semua orang juga akan tahu karna sadar dia dan Dimas enggan bersama.

Tak usah jauh-jauh, hari ini pun topik tentang dia dan Dimas sepertinya juga akan menjadi pembahasan orang-orang.

Sekarang saja, saat beriringan dengan Fito, di sepanjang koridor, murid-murid mulai melirik dengan raut wajah mencibir.

Di sisi lain. Satu dari tiga orang remaja yang berada di arah berlawanan memelankan langkah. Mematung melihat dua sosok beberapa meter di hadapannya. Gadis itu terlihat terkejut dan langsung menghentikan tawa juga senyum yang ditujukan pada Fito---terlihat begitu bahagia, menjadikan Dimas makin memantapkan diri untuk kembali berjalan menggunakan langkah lebar.

Ada nyeri yang Gea rasakan ketika melihat bagaimana Dimas menatapnya. Tidak lagi ada senyum di wajah cowok itu. Salahkah jika Gea pikir Dimas akan bersikap biasa setelah mereka pisah? Apalagi malam itu Dimas masih memperlakukannya dengan baik.

Namun, yang Gea lihat Dimas malah memandangnya dengan raut tidak bersahabat. Luka di wajah cowok itu menjadikannya diam-diam meringis. Dimas kembali pada kebiasaan sebelum Gea datang. Jelas menyakitkan.

Angga, dia melirik Dimas, ada Arkan yang menjadi batas. Ragu, ingin rasanya mengurungkan niat ke kantin. Namun, bukankah Dimas tetap melangkah tegap walau sempat terhenti? Lantas, mengapa Angga harus khawatir?

"Hei, gimana kabar lo?"

Dimas, Arkan, dan Angga berhenti. Fito jelas berada di depan mereka saat ini. Kalimat tadi pun dengan jelas ditujukan pada Dimas, membuat Gea langsung menyentuh lengan Fito.

Tentang DIMAS✔Where stories live. Discover now