kita.s [mimpi]

71 9 3
                                    

Kita Shinsuke
◞ᰰ 夢 ᝬ

"Kita pernah bertemu?"

"Ya, dalam mimpi."

❈ ───────── ❈

Dalam sepersekian detik napasnya hilang, meluap menjadi gelembung udara. Napasnya tersendat, tenggelam.

Mencoba berenang naik pun tak berguna, tubuhnya seakan ditarik oleh tali yang tak terlihat, menarik paksa agar raganya terperanjat semakin masuk.

Gelap, maniknya melirik pada dasar ini, ketakutan terbesarnya menunggu di sana. Meluap-luap meminta disinggahi.

Dia memberontak, terus memberontak kendati rasa lelah mulai masuk padanya.
Tubuhnya melemah, perlahan mulai jatuh memasuki dasar.

Maniknya tertutup, mulai pasrah membiarkan kegelapan menarik dirinya.

Ia akan mati. Kehilangan napas terakhir dalam tempat yang ia tak tahu.

Secercah cahaya merasuk pada inderanya, sesaat setelah ia membuka kelopak matanya merasakan tarikan tangan pada tubuhnya, letup gelembung setelah ia keluar dari kelembaban air danau.

Seseorang menahan beban tubuhnya, menurunkannya pada tempat kering. Tubuhnya basah sementara sang penolong tak melabuhkan sedikit pun genang air pada tubuhnya.

Rambutnya kelabu cerah, dwiwarna yang menawan dengan hitam pada ujungnya. Manik kusamnya menatap tak bergeming, memastikan keadaan gadis yang ia tolong.

Sedangkan sang gadis merotasi netranya, menatap sekeliling tempat keberadaannya, tempat ia berpijak langit yang berwarna keunguan. Satu pertanyaan, di mana dia?

Danau tengah hutan dengan ilalang berwarna ungu ーlebih seperti lavender berpendar mengelilinginya.

Namun suara gesekan kasar dedaunan menyadarkan kekagumannya, tubuhnya meringsut mendekat pada jejaka dwiwarna tatkala maniknya menatap bergetar pada arah suara.

"Tidak apa-apa, hanya mimpi buruk."

Lantun kata membuat ia mendongak, menatap sang pemilik suara. Wajahnya datar dengan netra yang ikut menatap hal sama.

Tubuhnya terangkat ditopang oleh kedua tangan si laki-laki, langkah kakinya membawa keluar dari hutan kecil ini.

Penglihatan yang langsung dimanja dengan padang ilalang berpadu merah muda dan ungu, tak membosan untuk terus merotasi mata.

"Warnanya berbeda?" Menatap sang jejaka yang menampilkan senyum tipis dan menyembunyikan manik kusamnya di balik lembayung kelopak mata.

Tak lama mengeluarkan tawa kecil, aneh kendati menarik untuk terus dijatuhi atensi binar netra bintang. Seakan ia menarik semua perhatian untuknya.

"Namamu siapa?" Di atas pijakan tanah berumput ditemani sentuhan ilalang suara nirmala bertanya, menggantung pada udara menunggu jawaban.

"Shinsuke." Angin berteriak, menembus celah mereka sepersekian detik setelah nama tersebut disebut seolah tidak mengizinkan.

kanjou ; haikyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang